GridKids.id - Kids, tahukah kamu makanan tradisional wajik yang terbuat dari ketan?
Wajik merupakan kue tradisional yang dibuat dari campuran beras ketan, gula Jawa atau gula pasir yang ditambhkan dengan parutan dan santan kelapa.
Setelah adonan sudah matang maka olahan makanan ini akan dipotong-potong menjadi bentuk segi empat atau yang dikenal dengan nama wajik.
Di banyak daerah di Jawa, wajik masih menjadi salah satu kudapan ringan yang biasanya disuguhkan pada tamu-tamu yang berkunjung di Hari Raya Idul Fitri atau lebaran.
Wajik yang punya cita rasa manis dan harum ini sangat cocok jadi teman minum teh tawar hangat, lo.
Tahukah kamu bahwa wajik adalah salah satu kudapan yang sudah dikenal sejak era kerajaan Majapahit?
Fakta di atas tercatat dalam sebuah karya sastra berbahasa Jawa yang muncul pada era kerajaan Majapahit ini, yaitu Kitab Nawaruci karya Empu Siwamurti.
Tekstur wajik cukup unik karena ketika terlihat seperti beras yang belum matang sempurna tapi akan lunak dan mudah ketika digigit.
Wajik masih mudah ditemukan dijual di pasar atau toko kue tradisional, biasanya wajik masih disuguhkan di berbagai acara penting orang-orang Jawa yaitu pernikahan, sadranan, syukuran, dijadikan buah tangan, dan lain sebagainya.
Orang Jawa merupakan masyarakat yang melestarikan berbagai tradisi turun temurun termasuk menjaga beberapa suguhan wajib acara penting tetap tersedia untuk para tamu, salah satunya adalah wajik.
Lalu, seperti apa filosofi dan macam-macam kue wajik yang ada di berbagai daerah di Indonesia? Yuk, simak uraian lebih lanjutnya di bawah ini, Kids.
Baca Juga: 12 Makanan Tradisional Indonesia yang Terbuat dari Beras Ketan, Salah Satunya Semar Mendem
Filosofi dan Jenis-Jenis Kue Wajik
Wajik adalah salah satu makanan tradisional yang jadi warisan leluhur, sehingga penting bagi masyarakat untuk tetap melestarikan kudapan yang satu ini.
Tak hanya jadi warisan leluhur yang bersejarah, wajik juga punya filosofi tersendiri yang penting untuk diketahui generasi muda saat ini.
Wajik biasanya diberikan sebagai hantaran dalam upacara pernikahan karena jadi lambang kelanggengan hubungan manusia.
Wajik punya tekstur yang kenyal dan lengket sehingga makanan ini diharapkan bisa jadi simbol pernikahan yang akan bertahan untuk waktu yang lama.
Selain itu, wajik juga jadi simbol kerukunan antara anggota masyarakat di suatu daerah ketika disajikan dalam acara syukuran atau selametan.
Wajik yang lengket, adalah perpaduan berbagai bahan-bahan yang diolah bersama menjadi satu.
Perbedaan itu menyimbolkan berbagai elemen masyarakat yang berasal dari asal berbeda yang berbaur menjadi satu di suatu daerah.
Kue wajik yang legit terbuat dari beras ketan dan gula Jawa atau gula merah yang membuat wajiknya jadi berwarna cokelat mengkilat.
Selain cokelat, wajik juga ada yang berwarna hijau hingga merah muda, yang warnanya bisa diperoleh dari daun suji dan pewarna makanan.
Kue wajik yang dibuat menggunakan daun suji dan pewarna makanan enggak ditambahkan dengan gula Jawa tapi ditambahkan dengan gula pasir.
Baca Juga: Sejarah Kue Talam, Takjil Berbuka Khas Betawi yang Sarat Filosofi
Selain wajik yang dipotong menjadi bentuk segi empat sebelum disajikan sebagai suguhan, dikenal juga wajik klethik dan wajik Bandung.
Wajik klethik dikenal berasal dari Blitar, Jawa Timur dan dibuat dengan beras ketan yang dibungkus menjadi ukuran kecil menggunakan kulit jagung supaya lebih tahan lama.
Sedangkan Wajik Bandung terbuat dari campuran beras ketan yang dicampur dengan kelapa parut dan gula.
Berbeda dengan wajik klethik yang menggunakan kulit jagung sebagai pembungkus, wajik Bandung menggunakan kertas minyak aneka warna yang cantik sehingga tampilannya jadi lebih mencolok dan cantik.
Nah, Kids, itulah tadi uraian tentang filosofi kue wajik, kue tradisional yang sudah ada sejak era kerajaan Majapahit.
Kamu juga sudah mengenal berbagai jenis kue wajik yang ada di berbagai daerah di Indonesia, ya.
----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Ayu Ma'as |
Editor | : | Danastri Putri |
Komentar