Filosofi dan Jenis-Jenis Kue Wajik
Wajik adalah salah satu makanan tradisional yang jadi warisan leluhur, sehingga penting bagi masyarakat untuk tetap melestarikan kudapan yang satu ini.
Tak hanya jadi warisan leluhur yang bersejarah, wajik juga punya filosofi tersendiri yang penting untuk diketahui generasi muda saat ini.
Wajik biasanya diberikan sebagai hantaran dalam upacara pernikahan karena jadi lambang kelanggengan hubungan manusia.
Wajik punya tekstur yang kenyal dan lengket sehingga makanan ini diharapkan bisa jadi simbol pernikahan yang akan bertahan untuk waktu yang lama.
Selain itu, wajik juga jadi simbol kerukunan antara anggota masyarakat di suatu daerah ketika disajikan dalam acara syukuran atau selametan.
Wajik yang lengket, adalah perpaduan berbagai bahan-bahan yang diolah bersama menjadi satu.
Perbedaan itu menyimbolkan berbagai elemen masyarakat yang berasal dari asal berbeda yang berbaur menjadi satu di suatu daerah.
Kue wajik yang legit terbuat dari beras ketan dan gula Jawa atau gula merah yang membuat wajiknya jadi berwarna cokelat mengkilat.
Selain cokelat, wajik juga ada yang berwarna hijau hingga merah muda, yang warnanya bisa diperoleh dari daun suji dan pewarna makanan.
Kue wajik yang dibuat menggunakan daun suji dan pewarna makanan enggak ditambahkan dengan gula Jawa tapi ditambahkan dengan gula pasir.
Baca Juga: Sejarah Kue Talam, Takjil Berbuka Khas Betawi yang Sarat Filosofi
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Ayu Ma'as |
Editor | : | Danastri Putri |
Komentar