Find Us On Social Media :

Sejarah Pindang Bandeng, Olahan Ikan Khas Imlek Bukti Akulturasi Budaya

Pindang bandeng adalah salah satu sajian wajib dalam perayaan Imlek atau tahun baru Cina. Apa filosofinya, ya?

GridKids.id - Halo, Kids, kali ini kamu akan kembali membahas tentang berbagai filosofi sajian Imlek atau tahun baru Cina, nih.

Dalam beberapa artikel GridKids sebelumnya kamu telah melihat beberapa fakta menarik tentang mie panjang umur hingga jenis-jenis sajian dumpling khas Imlek.

Kali ini kamu akan diajak melihat seperti apa filosofi salah satu sajian wajib Imlek yaitu pindang bandeng.

Sajian-sajian imlek selalu identik dengan simbol keberuntungan, termasuk ikan bandeng.

Dalam bahasa Mandarin, ikan bandeng disebut dengan "yu" atau "yoo" yang berarti berlimpah.

Ikan banyak dikonsumsi ketika perayaan Imlek karena harapan supaya bisa membawa kemakmuran dan rezeki melimpah di awal tahun yang baru.

Ikan bandeng adalah jenis ikan yang punya banyak duri.

Duri itu dilihat sebagai bentuk kehidupan manusia yang penuh lika-liku.

Duri jadi penghalang yang harus dihadapi dengan hati-hati dan sabar.

Semua itu perlu dilalui supaya bisa mencapai hasil yang diimpikan dan diharapkan, KIds.

Meski banyak halangan harus tetap optimis dan menjalani hidup dengan tabah, bukannya berputus asa.

Baca Juga: Filosofi dan Makna Ikan Bandeng sebagai Sajian Khas Perayaan Imlek

Sejarah Sajian Pindang Bandeng untuk Perayaan ImlekDilansir dari laman warisanbudaya.kemdikbud.go.id, pindang bandeng yang sering tersaji di meja makan pada perayaan Imlek adalah kuliner yang populer di kalangan masyarakat Betawi.

Tak hanya populer di kalangan masyarakat Betawi, pindang bandeng juga populer di berbagai daerah Indonesia lainnya, Kids.

Pindang bandeng adalah salah satu kuliner yang mendapat pengaruh kuliner Tionghoa.

Masyarakat Tionghoa yang tinggal menetap di Indonesia selalu menyajikan ikan bandeng ketika perayaan Imlek.

Bagi orang Tionghoa, ikan adalah simbol kemakmuran dan rezeki yang berlimpah.

Namun, penggunaan ikan bandeng sebagai sajian Imlek hanya ditemukan di Indonesia, Kids.

Meski benar kalau ada pengaruh kuliner Tionghoa dalam penggunaan ikan dalam sajian khas tahun baru.

Menurut Bapak JJ Rizal, sejarawan Indonesia, orang Tionghoa di Jakarta mulai mengadaptasi bandeng ke budaya kuliner Betawi sejak sekitar abad 17 silam.

Masyarakat Betawi yang mayoritas beragama Islam, mulai menyebut Imlek sebagai lebaran Cina.

Ketika perayaan Imlek berlangsung, banyak juga masyarakat yang turut mencari sajian khas imlek untuk dinikmati bersama keluarga.

Baca Juga: Sejarah Jiaozi, Sajian Dumpling Khas Perayaan Tahun Baru Imlek

 Penggunaan ikan bandeng sebagai bahan sajian pindang ini karena jenis ikan bandeng inilah yang mudah ditemukan di kawasan pesisir Jakarta, Kids.

Selanjutnya, mulai ada nelayan khusus yang membudidayakan bandeng selama setahun untuk dijual pada momentum Imlek, lo.

Biasanya bandeng-bandeng itu ukurannya cukup besar dari 2-7 kilogram berat.

Akulturasi budaya Betawi dan Tionghoa ternyata sudah terjadi jauh sebelum bangsa Belanda datang dan menjajah bangsa kita, lo.

Selama perayaan Imlek, bukan hanya orang Tionghoa yang akan sibuk menyambut perayaan tahun baru Cina.

Banyak masyarakat Betawi yang tinggal di berbagai kawasan seperti Kebon Jeruk, Palmerah, dan Rawabelong akan ikut sibuk dan bersemangat menyambutnya.

Masyarakat Betawi akan mencari ikan bandeng yang berukuran besar untuk diolah jadi olahan pindang.

Warga Tionghoa biasanya akan menggunakan ikan bandeng untuk keperluan ibadah.

Sedangkan warga Betawi akan membeli bandeng dan memasaknya untuk konsumsi sekeluarga.

 ----

Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.