GridKids.id - Tahukah kamu? Baru-baru ini diberitakan bahwa kasus COVID-19 mengalami lonjakan kenaikan di negara Singapura.
Pada akhir bulan November hingga awal Desember pemerintahan Singapura dan Malaysia melaporkan peningkatan jumlah kasus COVID-19.
Berdasarkan laporan media The Straits Times (media asal Singapura) dalam kompas.com, jumlah kasus COVID-19 di Singapura disebutkan melonjak dua kali lipat.
Sementara, menjelang pengujung 2023 Malaysia juga menghadapi kenaikan kasus COVID-19 yang meningkat sebesar 57,3 persen.
Nah, peningkatan kasus COVID-19 ini kembali jadi sorotan, terlebih menjelang perayaan Natal dan tahun baru.
Kementrian Kesehatan mengimbau agar warga berhati-hati saat akan bepergian dalam negeri maupun ke negara-negara yang sedang mengalami kenaikan kasus.
Selain itu, kementrian kesehatan juga meminta agar tetap mematuhi protokol kesehatan COVID-19.
Jika merasa sakit diharapkan memiliki kesadaran untuk memakai masker terutama di area publik.
Masyarakat juga disarankan bisa melengkapi booster vaksinasi COVID-19 jika belum, ya.
Benarkah kenaikan kasus COVID-19 di Indonesia disebabkan adanya varian baru?
Yuk, kita cari tahu sama-sama penyebab kenaikan kasus COVID-19 di Indonesia!
Baca Juga: Masih Jadi Pandemi, Ini Panduan COVID-19 Terbaru dari WHO
Penyebab Kenaikan Kasus COVID-19 Indonesia
Menurut Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, terdapat peningkatan kasus COVID-19 dari yang biasanya 10-20 per minggu, beberapa waktu belakangan ada peningkatkan sampai 27 kasus per minggu.
Kasus COVID-19 di Indonesia kembali meningkat sejak akhir Oktober lalu yang disebabkan kemunculan subvarian baru dari Omicron, seperti EG.2 dan EG.5.
Varian Eris EG.2 dan EG.5 serupa dengan yang dilaporkan Singapura telah beredar di Indonesia.
Ada dugaan bahwa varian baru yang memicu tingkat penularan lebih cepat dan lebih mudah menginfeksi, ya.
Wah, apa itu Omicron varian EG.2 dan EG.5, Kids?
Varian EG.5 merupakan cabang dari Omicron dan turunan dari sublineage XBB. Dijuluki Eris, varian ini jadi jenis COVID-19 yang dominan di sleuruh dunia.
Diketahui bahwa EG.5 adalah turunan dari XBB1.9.2 dengan mutasi ekstra pada protein spike-nya.
Badan Kesetahan Dunia (WHO) menambahkan EG.5 ke dalam daftar varian yang dipantai pada 19 Juli 2023.
Namun, varian tersebut pertama kali terdeteksi pada Februari 2023 dan pada 9 Agustus, WHO memutuskan untuk mengklasifikasikan EG.5 sebagai "variant of interest".
Baca Juga: Lebih Mudah Menular, Ini Perbedaan Omicron Subvarian Centaurus dengan Varian Lama
Varian EG.5 sejauh ini telah dilaporkan di 73 negara dan terus meningkat secara global, sedangkan mayoritas kasusnya berasal dari Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, dan Amerika Serikat.
Selain adanya varian baru Omicron, yakni Eris EG.2 dan EG.5, kenaikan kasus COVID-19 juga disebabkan adanya peningkatan gejala pneumonia di Tiongkok.
Nah, gejalanya berupa keluhan batuk dan pilek yang sama dengan COVID-19 sehingga secara otomatis meningkatkan deteksi.
Gejala EG.5 terlihat sangat mirip dengan gejala Omicron pada umum. Berikut ini merupakan beberapa varian EG.5, yakni:
1. sakit kepala
2. kelelahan
3. batuk
4. nyeri otot
5. indra penciuman berubah
6. sakit tenggorokan
Demikianlah informasi tentang kenaikan kasus COVID-19 di Indonesia yang disebabkan oleh adanya varian baru Omicron.
-----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | Kompas.com,BBC.com |
Penulis | : | Rizky Amalia |
Editor | : | Danastri Putri |
Komentar