GridKids.id - Cokelat menjadi salah satu makanan favorit yang dapat diolah menjadi hidangan apa saja termasuk minuman.
Nah, produk cokelat yang biasanya kita temui diberi gula dan susu tambahan sehingga rasanya menjadi manis.
Namun, apakah kamu penasaran, siapa yang menemukan cokelat?
Awal Mula Cokelat Ditemukan
Dilansir dari Live Science, kemungkinan besar orang yang menemukan cokelat berasal dari Amerika Selatan ribuan tahun yang lalu.
Situs arkeologi Santa Ana-La Florida di tenggara Ekuador menunjukkan bukti paling awal penggunaan kakao, biji buah kakao yang difermentasi dan dikeringkan yang tumbuh di pohon kakao Theobroma Amerika Selatan, berasal dari sekitar 5.300 tahun yang lalu.
Tetapi, kemungkinan tanaman ini telah digunakan oleh orang-orang di seluruh Amerika Selatan jauh sebelumnya karena pohon tersebut sudah ada sejak 5.300 tahun yang lalu.
Walau begitu, penduduk asli Amerika Selatan tak mengolah cokelat sebagai hidangan manis, Kids.
Cokelat yang diracik penduduk berbeda dengan cokelat yang dinikmati kebanyakan orang di zaman sekarang.
Diyakini berasal dari Lembah Amazon
Kakao yang ditanam hampir di seluruh Amerika Tengah dan Selatan pada awal abad ke-16 M dari lembah Amazon.
Tetapi, Cameron McNeil, profesor antropologi di Lehman College di The City University of New York, meyakini bahwa kakao berasal dari lembah Amazon.
Baca Juga: 5 Makanan yang Bisa Picu Munculnya Jerawat, Bukan Cuma Cokelat
Manusia telah mencapai ujung selatan Amerika Selatan sekitar 14.500 tahun yang lalu, namun tak diketahui secara pasti kapan orang pertama kali tiba di Amazon.
Dianggap Hadiah dari Dewa
Untuk membuat cokelat, biji besar dari buah pohon kakao difermentasi dalam daging buah putih yang mengelilinginya.
Biji kakao lalu dikeringkan, dibersihkan, dan dipanggang. Setelah itu, kulit bijinya dibuang untuk menghasilkan biji kakao, bentuk produk akhir yang sangat kasar.
Biji kakaonya kemudian digiling, dan massa kakao sering kali dihasilkan dalam bentuk cairan yang dapat dicampur dengan bahan lain untuk membuat cokelat komersial.
Minuman kakao ini dibuat dengan cara tradisional dengan menambahkan biji kakao bubuk ke dalam air dan biasa terasa pahit.
Selain itu, beberapa resep minuman kakao Mesoamerika juga menggunakan cabai untuk memberikan rasa pedas, seperti xocolatl yang merupakan minuman Maya dan Aztec.
Menurut studi tahun 2013 di jurnal Nutrients, campuran berbusa yang dihasilkan kakao dianggap sebagai obat dan afrodisiak, dan sangat dihargai oleh para elit masyarakat kuno.
Menurut artikel dari Boston University, suku Olmec, yang tinggal di selatan antara sekitar tahun 1500 SM dan 400 SM, menganggap kakao sebagai hadiah dari Dewa-dewa mereka.
Mulai Dibawa ke Eropa
Salah satu alasan popularitas kakao adalah karena mengandung kafein, yaitu stimulan yang juga ada pada kopi.
Baca Juga: 9 Manfaat Cokelat untuk Kesehatan, Bisa Tingkatkan Fungsi Kognitif
Kakao merupakan satu-satunya stimulan di Mesoamerika, yang menjadi alasan mengapa kakao diterima dan menjadi sumber kekayaan di sana.
Sejak abad ke-16, cokelat diperkenalkan di Dunia Baru ke Eropa sebagai minuman, dan dengan segera menjadi simbol kemewahan.
Sebagian besar dari yang kita anggap sebagai cokelat ditemukan pada tahun 1847 oleh perusahaan Inggris JS Fry and Sons.
Pada 1795, Joseph Storrs Fry mematenkan metode penggilingan biji kakao dengan mesin uap dan menggabungkan bubuk kakao, mentega kakao, dan gula untuk membuat coklat batangan.
Perusahaan ini akhirnya menjual beberapa produk cokelat. Orang Swiss tertarik dengan cokelat baru, dan pada 1870-an perusahaan Swiss Nestle menggunakan susu bubuk untuk memproduksi cokelat susu batangan pertama.
Cokelat susu batangan yang diproduksi secara massal pertama kali dijual di Amerika Serikat pada tahun 1900 oleh Milton Hershey. Lalu, cokelat batangan makin populer di Amerika Serikat pada 1920-an.
-----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Heni Widiastuti |
Editor | : | Regina Pasys |
Komentar