Sedangkan kakeknya adalah Pangeran Ario Tjondronegoro IV yang juga merupakan Bupati Demak pada 1850.
Nama lengkap Ibu Kartini adalah Raden Ajeng Kartini, beliau dilahirkan pada 21 April 1879 silam.
Sebagai seorang putri bangsawan Jawa, Ibu Kartini bisa mengenyam pendidikan di Europese Lagere School (ELS) atau setara Sekolah Dasar Zaman Kolonial.
Ibu Kartini bersekolah selama 12 tahun dan dari situlah ibu Kartini belajar bahasa Belanda yang menjadi bahasa pengantar wajib murid ELS.
Namun, pendidikan ibu Kartini harus diberhentikan ketika beliau sudah cukup umur untuk dipingit dan menunggu pinangan calon suami.
Pingitan enggak menggerus keinginan Ibu Kartini untuk terus belajar, sehingga selama masa pingitannya ibu Kartini banyak membaca dan belajar sendiri untuk menambah pengetahuannya.
Ibu Kartini punya keinginan untuk melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi, namun karena terkekang oleh adat ibu Kartini harus mengubur harapan dan keinginannya itu.
Kaum Perempuan Tak Bisa Menempuh Pendidikan Tinggi
Ketika merasa gelisah dengan kondisi itu, ibu Kartini banyak menulis surat pada kawan-kawannya di Belanda.
Surat-surat ibu Kartini menceritakan tentang nasibnya sebagai perempuan Jawa yang terkungkung adat dan enggak bisa mengejar mimpi karena harus mengikuti kodratnya sebagai perempuan.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Ayu Ma'as |
Editor | : | Danastri Putri |
Komentar