GridKids.id - Saat ini, COVID-19 masih jadi pandemi di sejumlah negara. Bahkan, enggak sedikit yang melaporkan kenaikan kasus.
Selama lebih dari 2 tahun, COVID-19 sudah beberapa kali bermutasi.
Sebelumnya, varian Delta sempat membuat naiknya kasus virus corona dan menyumbang banyak kasus kematian.
Setelah itu, varian Omicron mendominasi kasus COVID-19 di dunia.
Kini, V. Subvarian itu itu disebut Omicron XE.
Omicron XE adalah mutasi dari subvarian Omicron BA.1 dan BA.2 sehingga disebut sebagai rekombian.
Subvarian ini pertama kali diidentifikasi di Inggris pada (19/1/2022).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun melakukan mengatakan tes awal pada subvarian ini.
Hasilnya, Omicron XE memiliki tingkat penularan yang lebih cepat dari subvarian sebelumnya.
Baca Juga: Terdeteksi Varian Baru Omicron di Inggris, Begini Penjelasan dan Gejala Varian XE
Apakah Omicron XE Berbahaya?
Meski begitu, WHO menggarisbawahi kalau level penularan yang cepat ini masih terus berada di dalam penelitian.
Melansir Kompas.com (7/4/22), Inggris Raya melaporkan kasus infeksi varian XE sebanyak 637 orang.
Kantor Statistik Nasional (ONS) sudah mengatakan kalau 4,9 juta orang di Inggris terinfeksi COVID-19 pada akhir pekan lalu.
Angka tersebut jadi rekor tertinggi selama pandemi virus corona di Inggris.
Selain pemerintah Inggris, pemerintah Thailand juga menyatakan kalau subvarian Omicron XE sudah masuk ke negaranya.
Lalu, apa bedanya gejala Omicron XE dengan varian lainnya?
Gejala Omicron XE
Karena masih berstatus varian baru, sampai sekarang masih belum cukup data yang terkumpul terkait gejala baru XE.
Baca Juga: Masih Terus Bermutasi, Kini Inggris Temukan Varian Baru COVID-19 XE
Namun pada umumnya, gejala yang ditimbulkan dari infeksi varian Omicron, termasuk subvarian XE adalah berupa pilek.
Gejala umum ini khususnya terjadi pada mereka yang sudah divaksinasi.
Selain pilek, ada pula gejala penyerta lain seperti bersin dan sakit tenggorokan.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Danastri Putri |
Editor | : | Danastri Putri |
Komentar