Find Us On Social Media :

Begini Sejarah Sosis Solo, Camilan Favorit yang Terinspirasi Kuliner Eropa

Sosis solo merupakan camilan yang terbuat dari daging giling yang dibungkus dengan kulit tipis yang terbuat dari telur dan tepung terigu.

GridKids.id - Kids, ketika kalian membeli kue-kue tradisional di pasar atau kedai makanan pernahkah kamu melihat panganan bernama sosis solo?

Yap, seperti namanya makanan ini populer dan berasal dari Solo, Jawa Tengah.

Sosis solo merupakan jajanan yang terbuat dari daging sapi atau ayam yang digiling dan dibumbui dengan berbagai rempah yang lezat, lalu dibungkus menggunakan adonan dadar telur yang lembut dan tipis.

Rasanya gurih dan tentunya banyak digemari apalagi kalau sudah dimakan bersama cabai rawit hijau, dijamin ingin tambah terus sih.

Namun, tahukah kamu bahwa makanan ini ternyata hasil perpaduan kebudayaan masyarakat lokal dengan kebudayaan Belanda?

Yuk, cari tahu sama-sama cerita sejarah dari jajanan favorit yang lezat ini dalam uraian berikut.

Asal- usul Sosis Solo

Dari namanya saja sebenarnya sudah terlihat bahwa sajian ini merupakan makanan yang berasal dua budaya berbeda.

Pada masa itu keraton Surakarta dan pemerintah Kolonial Belanda menjalin hubungan diplomasi yang baik.

Sering diselenggarakan pesta perjamuan untuk menjamu satu sama lain, hal ini dilakukan agar hubungan keduanya tetap terjalin baik dan mengurangi risiko terjadinya perang atau konflik.

Baca Juga: Kue Pastel, Sejarah Jajanan Warisan Kolonial yang Populer di Tanah Air

 Nah, salah satu sajian yang terkenal kala itu adalah sosis yang biasanya dikonsumsi oleh orang Belanda.

Dilansir dari kompas.com, Prof. Murdjiati Gardjito, seorang peneliti pusat studi pangan dan gizi Universitas Gadjah Mada, mengungkapkan bahwa panganan sosis solo merupakan hasil akulturasi kebudayaan.

Sosis adalah panganan yang berasal dari dapur orang Eropa, namun oleh masyarakat diolah menjadi sajian sosis dengan bentuk dan cita rasa yang berbeda.

Sosis ala Eropa dibuat dari daging giling yang dicampurkan dengan susu, sedangkan masyarakat Solo ketika itu enggak terbiasa mengonsumsi susu.

Hal ini membuat masyarakat bereksperimen untuk membuat daging giling yang dicampur dengan beragam rempah-rempah seperti lada, pala, dan bawang putih.

Selain itu, sosis solo juga disajikan sebagai camilan atau makanan kecil, berbeda dengan fungsi sosis yang menjadi lauk bersantap teman makan roti oleh orang Eropa.

Versi lain asal-usul sosis solo

Versi lain datang dari Dosen Sejarah Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma, Bapak Heri Priyatmoko.

Menurut Pak Heri, sosis solo adalah hasil kreativitas dari para pengusaha Tionghoa yang menjalankan usaha restoran di Solo.

Baca Juga: Sejarah Martabak Telur, Jajanan Rakyat Populer Perpaduan Dua Budaya

Sosis solo ketika itu dilihat sebagai peluang bisnis yang potensial dengan target para bangsawan kolonial atau kaum priyayi di Solo ketika masih masa penjajahan.

Tak butuh waktu lama sampai makanan ini masuk sebagai sajian kegemaran masyarakat dari berbagai kalangan.

Bahan baku sosis solo yang melimpah dan mudah didapatkan juga mendorong produksi sosis solo semakin masif dan mudah ditemukan di mana-mana.

Meski terlihat sederhana untuk membuat sajian ini perlu kehati-hatian dan keterampilan, lo, Kids.

Karena kulit sosis yang super tipis dan lembut, harus hati-hati banget ketika membungkus adonan daging supaya kulitnya enggak robek dan terlipat sempurna, nih.

Gimana, jadi tertarik mencoba membuatnya sendiri di rumah enggak, nih, Kids?

Baca Juga: Mulai Dijual pada Zaman Kolonial, Begini Sejarah Pempek Oleh-Oleh Khas Palembang

 

 ----

Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.