GridKids.id - Teknologi yang makin berkembang memungkinkan banyak pekerjaan manusia jadi lebih mudah.
Dari mulai berkomunikasi, mencari informasi, hingga mendapatkan kebutuhannya dalam satu klik saja.
Semua yang serba mudah ini membuat banyak orang sangat menyukai menghabiskan waktunya berlama-lama di media sosial. Kamu termasuk salah satunya enggak, nih, Kids?
Beberapa orang bisa menggunakan media sosial dengan bijak untuk mempermudah pekerjaannya.
Tapi, sebagian lebih banyak menghabiskan waktu dengan percuma ketika terlalu terpaku pada media sosial.
Kebiasaan menggunakan media sosial berlebihan memunculkan kecenderungan untuk oversharing berbagai hal yang dijalani di kehidupan seseorang.
Oversharing bisa dianggap sebagai kecenderungan terlalu banyak membagi tentang kehidupan pribadi di laman media sosial kita sendiri.
Hal ini bisa berupa kegiatan sehari-hari, perasaan dan pikiran, hingga detail tertentu yang sebenarnya bersifat privasi dan harusnya kita jaga kerahasiaannya.
Namun, sebagian besar orang yang punya kecenderungan oversharing justru enggak menyadari kalau mereka sudah melakukan kebiasaan ini.
Sosial media yang bisa diakses siapa pun yang terhubung koneksi internet memungkinkan informasi yang kamu bagikan juga diakses oleh orang yang enggak kamu kenal sama sekali.
Orang-orang yang punya kebiasaan oversharing biasa membagikan perasaan, pikiran, dan masalah yang sedang dirasakannya di media sosial.
Baca Juga: Jangan Sampai Oversharing, Perhatikan 10 Hal yang Tak Boleh Dibagikan di Media Sosial
Kenapa Kebiasaan Oversharing Berbahaya?
Banyak orang yang memanfaatkan media sosial untuk mewadahi ungkapan perasaan atau membagi pikirannya kepada orang lain.
Enggak jarang orang itu mengharapkan feedback atau respon dan memiliki ekspektasinya sendiri, ketika enggak sesuai bisa muncul rasa kecewa hingga depresi.
Sebagian orang yang kecanduan media sosial suka mengumbar kehidupan pribadi baik langsung atau enggak langsung agar dilihat orang lain.
Ketika ada banyak informasi yang terlalu personal dibagikan maka bisa mengundang tindak kriminal siber atau cyber crime.
Dilansir dari laman halodoc.com, sebuah studi ilmiah menunjukkan bahwa interaksi media sosial menjadi media yang mengundang tindak kejahatan paling tinggi.
Kebiasaan oversharing juga bisa memicu perasaan FOMO (fear of missing out) atau takut ketinggalan sesuatu.
Banyak hal yang dibagikan oleh seseorang di media sosial mendorong kita untuk berpikir bahwa kita mungkin harus melakukannya juga.
Padahal pada dasarnya kebutuhan dan kondisi tiap orang berbeda-beda, nih, Kids.
Ketika terbiasa melihat hidup orang lain yang dibagikan dengan bebas, beberapa orang bisa merasa bahwa kehidupan orang lain lebih bahagia sedangkan hidupnya menyedihkan.
Efek FOMO sebagai dampak negatif dari oversharing memang merugikan kesehatan mental seseorang.
Baca Juga: 4 Dampak Negatif FOMO bagi Kehidupan Seseorang, Bisa Hambat Produktivitas
Hal ini bisa dilihat dari munculnya perasaan enggak puas atau enggak cukup dengan apa yang dijangkau atau dimilikki.
Ketika seseorang tanpa sadar punya kebiasaan oversharing, seseorang suka membagikan kehidupannya di media sosial bisa.
Hal ini bisa menjadi cara seseorang untuk memeroleh perhatian dari orang lain hingga validasi atau pujian dari orang lain.
Perasaan kecewa yang berlarut-larut bisa menimbulkan stres hingga depresi yang mengganggu mental seseorang.
----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | Halodoc.com |
Penulis | : | Ayu Ma'as |
Editor | : | Danastri Putri |
Komentar