GridKids.id - Kids, kali ini GridKids akan mengajakmu belajar tentang pembangunan pada masa orde baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto.
Rencana pembangunan pemerintah orde baru sudah disusun dan ditetapkan oleh MPRS sebagai bagian dari Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN).
Pemerintah berpedoman pada GBHN dan bekerja sama dengan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menyusun rencana pembangunan jangka pendek lima tahunan yang dikenal dengan Rencana Pembangunan Lima Tahunan (Repelita).
Salah satu program Repelita yang menjadi fokus pemerintah adalah pembangunan pertanian.
Pembangunan lima tahun (Pelita) I mulai dilaksankan sejak 1 April 1969 dengan fokus untuk menuntaskan keterbelakangan ekonomi lewat modernisasi pertanian.
Hal ini bisa diwujudkan dengan mencukupi kebutuhan pokok (swasembada) yang jadi pilar pembangunan bangsa.
Dalam buku berjudul Program Pembangunan Orde Baru karya Arin Kusumaningrum, terdapat beberapa tahap pembangunan pertanian Indonesia era orde baru, yaitu:
Pembangunan Pertanian Indonesia Era Orde Baru
1. Intensifikasi Pertanian
Fokus Pelita I adalah peningkatan produksi beras yang jadi bahan makanan pokok masyarakat Indonesia.
Pemerintah Orde Baru menargetkan untuk meningkatkan produksi beras hingga 47% menjelang tahun 1974.
Baca Juga: Pengelolaan SDA yang Berkelanjutan: Pertanian Berkelanjutan, Geografi Kelas 11 SMA
Kala itu tujuan ini belum bisa tercapai karena ada beberapa faktor yang memengaruhinya, seperti:
Pemerintah lalu mulai melakukan modernisasi pertanian atau Revolusi Hijau untuk mendukung peningkatan produksi beras negara.
Di Pulau Jawa, upaya ini dilakukan dengan cara intensifikasi khusus (insus) pertanian yang diwujudkan dengan penggunaan teknologi biologi-kimia juga teknologi mekanis seperti penggunaan traktor dan drainase.
Kala itu bibit unggul padi juga mulai diperkenalkan pada para petani yang ada di Pulau Jawa yaitu PB-5 dan PB-8.
Sedangkan di luar Pulau Jawa yang penduduknya relatif jarang, pemerintah enggak hanya melakukan kebijakan insus.
Pemerintah kala itu juga melakukan kebijakan ekstensifikasi khusus (eksus) pertanian.
Eksus dilakukan dengan cara memperluas area persawahan dan lahan pertanian dengan mengonversi hutan-hutan yang enggak produktif.
Pemerintah juga mengarahkan masyarakat untuk melakukan diversifikasi pertanian untuk menambah pendapatan rumah tangga para petani.
2. Koperasi Pertanian
Pemerintah juga menjalankan program Bimbingan Masyarakat (Bimas) dengan mengaktifkan koperasi-koperasi tani (Koperta) yang ada di pedesaan.
Baca Juga: Penerapan Bioteknologi dalam Kehidupan: Bidang Pertanian, Materi IPA Kelas 9 SMP
Koperta ini punya misi untuk mengatur kebutuhan para petani dalam menjalankan kegiatan pertanian, termasuk penyaluran kredit bank BUMN seperti Bank Rakyat Indonesia (BRI).
Pada 1971/1972 Koperta tingkat primer dihimpun menjadi Badan Usaha Unit Desa (BUUD), yang jadi kesatuan agroekonomi dari masyarakat desa di suatu wilayah.
BUUD punya fungsi untuk melakukan penyuluhan, pengolahan, dan pemasaran produksi pertanian, dan perkreditan.
Supaya peran koperasi lebih fleksibel dan jelas arah tujuannya, sejak 1978 Koperta diganti menjadi Koperasi Unit Desa (KUD).
Badan Urusan Logistik (Bulog) mendapat hak monopoli untuk mengimpor beras dari pemerintah.
Bulog bekerja sama dengan KUD karena beras-beras yang diperoleh dari KUD jauh lebih murah ketimbang yang diperoleh dari sumber lain.
KUD akan menyerahkan beras-beras lewat Depot Logistik (Dolog)- Bulog.
Bulog menjadi sumber penghasilan bagi TNI-AD dan sumber dana untuk proyek-proyek khusus pemerintah.
Bulog juga jadi penyumbang dana untuk kampanye partai paling besar di era orde baru yaitu Golongan Karya (Golkar).
Hasil dari berbagai kebijakan untuk memajukan pertanian Indonesia oleh Pemerintah Orde baru terlihat pada akhir Pelita II.
Produksi beras Indonesia terus meningkat hingga mencapai puncaknya di 1986-1987 hingga Indonesia bisa mencapai swasembada beras.
Baca Juga: Seperti Apa Lahan Persawahan di Dataran Tinggi Dibuat? #AkuBacaAkuTahu
Kala itu Presiden Soeharto memperoleh penghargaan dari Food and Agriculture Organization (FAO).
Namun, prestasi ini enggak bertahan terlalu lama karena pada akhir Pelita IV Indonesia kembali jadi negara pengimpor beras.
----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Penulis | : | Ayu Ma'as |
Editor | : | Danastri Putri |
Komentar