GridKids.id - Kids, ketika bicara tentang perlengkapan sekolah kamu enggak akan melewatkan tas.
Tas berguna untuk menyimpan berbagai perlengkapan sekolah seperti buku tulis, buku pelajaran, tempat pensil, hingga menyimpan kotak bekal sekolah.
Ternyata tas yang kamu kenal hari ini merupakan bagian dari sejarah panjang peradaban manusia, lo.
Ada berbagai jenis tas yang juga punya fungsi berbeda, selain wadah untuk membawa barang, tas juga ada yang digunakan sebagai pelengkap berbusana atau tren fashion.
Tas yang banyak kita kenal saat ini awalnya berasal dari model tas tangan atau handbag.
Tas-tas yang banyak digunakan saat ini baru mulai dipasarkan dan menjadi tren pasca perang dunia kedua.
Ketika itu produk tas banyak dipasarkan memanfaatkan media iklan yang dipasang di berbagai majalah hingga surat kabar.
Tas yang dulunya dipergunakan semata sebagai alat untuk mempermudah manusia membawa barang dari satu tempat ke tempat lain.
Namun, seiring perkembangan zaman dan perubahan tren tas dilihat sebagai salah satu benda yang menunjukkan selera fashion atau berbusana tinggi.
Bahkan hingga saat ini banyak produk tas dengan merk kelas tinggi yang dijual secara terbatas di seluruh dunia.
Lalu, seperti apa sih sejarah munculnya tas yang kini jadi barang yang paling umum dimilikki setiap orang?
Baca Juga: Mengenal Randoseru, Tas Sekolah Jepang yang Istimewa dan Bisa Tangkal Bahaya
Sejarah Awal Penemuan dan Penggunaan Tas
Sebelum dibuat dengan berbagai bahan dan material kelas tinggi, tas dibuat dari bahan-bahan sederhana, seperti kulit sintetis, kain, hingga vinyl.
Kulit asli cukup langka dan jika ada pun dijual dalam harga yang mahal, sehingga banyak orang yang menggunakan kulit sintetis sebagai alternatif bahan pembuatan tas.
Penggunaan kulit sintetis pada tas kulit yang dijual di pasaran hampir mendominasi jumlah produknya hingga 60%.
Selain tas kulit, dikenal juga tas dari kertas tebal atau paper bag yang awalnya populer digunakan pada masa dinasti Tang di China.
Tas kertas atau paper bag juga dipergunakan sebagai tas untuk membungkus roti hingga akhirnya ditemukan tas plastik yang penggunaannya mulai masif di pasaran.
Uniknya kini penggunaan tas plastik menimbulkan meningkatnya limbah plastik yang mencemari lingkungan, masyarakat kembali dihimbau menggunakan tas atau kantong kertas.
Sejarah mencatat bahwa pada abad-14 M, bangsa Mesir sudah mengenal penggunaan tas berupa tas pinggang.
Tak hanya untuk membawa barang, tas pinggang ini juga digunakan sebagai sabuk pinggang yang berperan sebagai simbol status sosial seseorang.
Sedangkan dua abad setelahnya ditemukan juga tas tangan atau tas jinjing yang dipergunakan untuk aktivitas sehari-hari.
Baca Juga: Sering Disepelekan, Ternyata Membawa Tas Ada Tipsnya Jika Salah Bisa Gawat
Kebanyakan tas jinjing ini dibuat dari kulit dengan kancing pengikat di bagian atasnya.
Pada sekitaran kurun waktu yang sama, tas travel yang digunakan berukuran lebih besar dan dibawa dengan disilangkan di badan.
Produk-produk tas yang penuh gaya baru mulai bermunculan pada abad ke-17 dengan ukuran yang beragam, mulai dari kecil hingga besar, beragam jenis dan model sesuai selera penggemarnya.
Pada abad-18, gaya berbusana perempuan di seluruh dunia mendorong terciptanya tas tangan (handpurse) sebagai benda pelengkap wajib dalam berbusana.
Tas yang banyak digunakan oleh para pelajar di dunia berupa tas ransel atau backpack ditemukan pada 1967.
Backpack awalnya berukuran kecil dan ringan dan banyak dipergunakan oleh mereka yang sering beraktivitas di luar rumah.
Namun, seiring perkembangan zaman dan kebutuhan manusia, perusahaan Jansport mulai memproduksi tas ransel nilon yang didesain khusus untuk digunakan para pelajar.
Sebelum ada tas ransel, banyak pelajar yang menggunakan tali kulit yang diikat di bagian pinggang untuk membawa buku-buku sekolahnya.
----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Ayu Ma'as |
Editor | : | Regina Pasys |
Komentar