GridKids.id - Pasca kasus positif COVID-19 di Indonesia mulai menunjukkan tren penurunan, pemerintah Indonesia mulai memberlakukan berbagai pelonggaran protokol kesehatan.
Meski begitu, pemerintah tetap menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) untuk mengendalikan persebaran dan penularan virus COVID-19 di tengah masyarakat.
Dilansir dari kompas.com, Bapak Hermawan Saputra, Ahli kesehatan masyarakat, berpendapat bahwa kebijakan PPKM adalah keputusan yang sudah tepat untuk menyikapi lonjakan kasus harian COVID-19 akibat subvarian terbaru, Omicron BA.4 dan BA.5.
Namun, penerapan PPKM tetap perlu didukung dengan kembali masifnya kampanye untuk mengingatkan masyarakat tentang pelaksanaan protokol kesehatan 5M sebagaimana sebelumnya.
Pak Hermawan mengimbau masyarakat untuk tetap menyadari dan menerapkan prokes dalam kehidupan sehari-hari, meski sudah ada pernyataan dari Pak Presiden Joko Widodo tentang pelonggaran penggunaan masker.
Protokol kesehatan tetap jadi cara paling ampuh untuk menjaga diri dan orang-orang di sekitar kita dari risiko penularan atau reinfeksi COVID-19.
Langkah lain yang enggak kalah penting dan disarankan untuk dilakukan segera oleh masyarakat adalah mendapatkan vaksinasi booster.
Menurut Pak Hermawan, selama WHO belum mencabut status pandemi COVID-19, masyarakat tetap harus bersikap waspada pada risiko infeksi atau penularan COVID-19.
Lalu, seperti apa penjelasan pemerintah terkait tentang prediksi puncak kasus COVID-19 yang disebabkan subvarian BA.4 dan BA.5 ini?
Prediksi Puncak Kasus Infeksi COVID-19 akibat BA.4 dan BA.5
Pemerintah lewat Menteri Kesehatan, Bapak Budi Gunadi Sadikin, mengungkap prediksi bahwa puncak kasus harian COVID-19 akibat subvarian BA.4 dan BA.5 bisa mencapai 20.000 kasus per hari.
Prediksi ini didasarkan dari jumlah kasus harian pada gelombang Delta dan Omicron yang menyentuh angka 60.000 kasus per hari sebelumnya.
Sehingga ada perkiraan bahwa kasus harian akibat subvarian terbaru ini akan setidaknya sepertiga dari angka kasus infeksi pada gelombang sebelumnya.
Pembandingnya adalah fenomena yang terjadi di negara awal subvarian BA.4 dan BA.5 merebak yaitu di Afrika Selatan.
Di Afrika Selatan kasus infeksi akibat subvarian ini adalah sepertiga dari kasus infeksi gelombang Delta dan Omicron yang merebak sebelumnya.
Masyarakat diminta meningkatkan kewaspadaan karena kini semua orang punya potensi tertular dan menulari.
Tak ada jaminan individu yang sudah menerima suntikan vaksinasi booster akan aman dari paparan subvarian terbaru Omicron ini. Gejala yang timbul tentunya akan berbeda-beda antara satu orang dengan orang lainnya.
Ahli juga menyebut bahwa subvarian BA.4 dan BA.5 ini juga punya kemampuan reinfeksi yang tinggi.
Sehingga semua orang tanpa terkecuali harus berhati-hati dan dihimbau tertib protokol kesehatan untuk mencegah penularan lebih meluas.
----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Ayu Ma'as |
Editor | : | Danastri Putri |
Komentar