GridKids.id - Indonesia saat ini masih berada dalam masa transisi menuju endemi COVID-19.
Beberapa pelonggaran protokol kesehatan juga sudah mulai diberlakukan sesuai anjuran pemerintah.
Berharap masyarakat akan mulai menyesuaikan diri dengan aktivitas sebagaimana sebelum pandemi.
Namun, pada Senin (14/6/2022) dikonfirmasi bahwa subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 sudah dikonfirmasi masuk Indonesia.
Ada 8 kasus varian BA.4 dan BA.5 terkonfirmasi, dengan rincian 3 di antaranya adalah imported case dari kedatangan luar negeri dan 5 lainnya adalah transmisi lokal.
Berasal dari 3 Negara
Kasus imported case dikonfirmasi oleh pihak Kemenkes RI berasal dari tiga negara yaitu Mauritius, Brazil, dan Amerika Serikat.
Varian BA.4 dan BA.5 sudah dikonfirmasi sebagai pemicu dari lonjakan kasus positif COVID-19 di Indonesia beberapa minggu belakangan.
Dilansir dari Kompas.com, ada perbedaan antara subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 dengan subvarian sebelumnya yang masuk ke Indonesia.
Baca Juga: Epidemiolog: Dunia Masih Pandemi, Kita Semua Harus Hati-Hati
Subvarian terbaru ini dianggap lebih cepat menular ketimbang subvarian sebelumnya, dan bisa menyerang siapa saja, baik yang sudah vaksin atau yang belum.
Menurut Pak Dicky, riset di Jepang dan beberapa negara Eropa menyatakan bahwa varian BA.4 dan BA.5 punya kemampuan replikasi yang cepat di dalam sel paru-paru.
Perbedaan BA.4 dan BA.5 dengan Subvarian Sebelumnya
Studi dan riset yang dilakukan menemukan fakta bahwa adanya angka reproduksi efektivitas BA.4 dan BA.5 yang lebih tinggi dibanding varian Omicron lain yang ditemukan sebelumnya.
Penularan dan transmisinya lebih cepat daripada subvarian yang ditemukan sebelumnya di Indonesia.
Inilah kenapa masyarakat dihimbau berhati-hati dan memperhatikan prokes untuk mengurangi risiko penularan dan persebaran meluas.
Pak Dicky juga menambahkan bahwa menurut studi orang yang pernah terinfeksi BA.1 atau BA.2 enggak memiliki proteksi terhadap BA.4 dan BA.5.
Namun, selama dua tahun pandemi, Indonesia sudah membentuk imunitas masyarakat sehingga persebaran bisa terjadi meski enggak ada gejala yang terlalu kentara.
Pada pertengahan tahun lalu, Indonesia sudah menghadapi gelombang Delta ketika lonjakan kasus positif COVID-19 begitu tinggi.
Baca Juga: 6 Khasiat Konsumsi Bawang Merah, dari Tingkatkan Imun sampai Cegah Kanker
Fakta bahwa Indonesia sudah menghadapi gelombang delta dan pergerakan pemerintah untuk menyegerakan vaksinasi dianggap sebagai salah satu kondisi yang menguntungkan.
Menurut Pak Dicky, negara yang memiliki risiko tinggi pada varian BA.4 dan BA.5 adalah negara dengan angka lansia yang tinggi seperti Portugal.
Hal tersebut tetap bisa terjadi meski vaksinasi primer dan boosternya sudah sampai di angka 80%.
----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Ayu Ma'as |
Editor | : | Regina Pasys |
Komentar