Dalam sebuah artikel berjudul "Merayakan Budaya, Berpuasa Gembira" yang dimuat dalam Suara Muhammadiyah No.10 (2018) menjelaskan bahwa tradisi membagikan takjil dan berbuka puasa bersama awalnya merupakan bentuk strategi dakwah agama.
Hal ini dianggap bisa mendorong datangnya jamaah ke masjid untuk mengisi Ramadan dengan ibadah dan aktivitas positif lainnya.
Sebuah versi sejarah menyebutkan bahwa tradisi ini dimulai di Kauman, Yogyakarta, sekitar 1950-an, dan masih dilaksanakan sampai hari ini.
Di Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta, disediakan sekitar 1200-1400an porsi takjil tiap harinya.
Khusus pada Kamis sore, sajian yang disediakan untuk pengunjung masjid adalah gulai kambing.
Tradisi takjil gulai kambing ini memiliki dua versi cerita, yaitu berasal dari banyaknya masyarakat yang mengadakan aqiqah pada hari Kamis.
Dan takjil gulai kambing yang berasal dari pemberian Sultan Hamengkubuwono VIII setiap bulan Ramadan.
Namun, dalam catatan sejarah yang lebih tua dari itu, Snouck Hurgronje (Penasihat Belanda urusan pribumi) mengungkap bahwa sekitar akhir abad ke-19 tradisi takjil sudah dikenal di Aceh dan dilakukan setiap bulan Ramadan.
Baca Juga: Puasa Hari Pertama Lemas? Lakukan 3 Tips Ini agar Puasamu Selanjutnya Aman dan Nyaman
Biasanya ketika mendekati waktu berbuka, warga Aceh akan beramai-ramai pergi ke masjid untuk menikmati sajian takjil bersama di masjid.
Nah, itulah sedikit uraian tentang sejarah tradisi menyantap takjil yang berkembang di tengah masyarakat Muslim Indonesia.
Semoga artikel di atas bisa membuat waktu ngabuburitmu jadi lebih bermanfaat, ya, Kids.
----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | Kompas.id |
Penulis | : | Ayu Ma'as |
Editor | : | Regina Pasys |
Komentar