GridKids.id - Pandemi COVID-19 di Indonesia terus mengalami penurunan kasus.
Hal ini tentunya kabar baik untuk masyarakat Indonesia, bahkan beberapa daerah sudah m/menurunkan level PPKM.
Namun, pandemi belum berakhir. Yap, karena beberapa negara di Eropa tengah menghadapi ancaman gelombang baru virus corona.
Negara seperti Jerman, Belanda, Australia mencatatkan rekor kasus baru COVID-19 dalam beberapa hari terakhir.
Meski demikian, angka kematian jauh lebih rendah dibandingkan tahun lalu.
Secara global, sebenarnya kasus virus corona menurun di sebagian besar dunia, tetapi naik 7 persen di Eropa dan 3 persen di Afrika.
Beberapa masalahnya karena adaya keraguan vaksin, berkurangnya kekebalan di antara pembatasan, dan pelonggaran, dianggap sebagai faktor dalam gelombang baru COVID-19 ini.
Baca Juga: Update COVID-19: Indonesia Catatkan Jumlah Kasus Baru Terendah Sejak 19 Bulan
Waspada gelombang baru pandemi COVID-19
Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan, ada tiga kombinasi maut kemunculan gelombang baru pandemi Covid-19.
Hal pertama karena mobilitas dan interaksi yang tak terkendali.
Ini semakin parah dengan adanya pergerakan melibatkan mayoritas masyarakat yang enggak memiliki imunitas.
Dalam hal ini, masyarakat yang enggak memiliki imunitas adalah mereka yang belum divaksin COVID-19.
Selanjutnya, adanya varian Delta yang memiliki kemampuan dalam menginfeksi, masih menjadi ancaman besar bagi semua negara.
"Jangankan 40 persen Indonesia belum divaksin, penduduk Singapura yang 18 persennya belum divaksin penuh saja sudah menjadi bahan bakar yang lebih dari cukup untuk membuat ledakan kasus Covid-19," kata Dicky kepada Kompas.com, Senin (15/11/2021).
Baca Juga: Kasus COVID-19 Menurun, Indonesia Masuk Daftar Negara Level 1, Apa Maksudnya?
Pemerintah harus antisipasi
Oleh karena itu, upaya untuk mengantisipasinya juga harus menyasar tiga hal tersebut.
Misalnya, pemerintah bisa membatasi aktivitas masyarakat dengan cara hanya mengizinkan mereka yang sudah divaksin penuh dan menunjukkan hasil tes negatif COVID-19.
Dicky juga menyarankan, pemerintah memperketat kriteria masyarakat yang akan bepergian keluar kota.
"Kemudian juga sangat disarankan aktivitasnya di kota rayanya. Kalau pun keluar kota, ya betul-betul yang memenuhi syarat, kriteria orang yang pergi juga jangan lansia atau punya komorbid," jelas dia.
Pandemi belum usai
Selain upaya mitigasi, ia berharap pemerintah daerah agar terus meningkatkan literasi publik bahwa pandemi COVID-19 belum berakhir.
Karena belum berakhir, masyarakat diharapkan enggak mengabaikan protokol kesehatan.
Menurutnya, pemerintah juga harus memberi opsi solutif terkait penghapusan libur panjang Natal dan Tahun Baru.
"Karena enggak bisa dipungkiri, masyarakat juga pengen liburan. Nah, liburan yang aman bagaimana, itu yang harus dipikirkan," ujar dia.
"Dalam artian misalnya di satu wilayah dibikin satu daftar mana lokasi yang outdor dan aman, mana juga yang rawan.
Ini untuk memberi literasi pada publik," sambung dia.
Baca Juga: Kapan Waktu yang Tepat Makan Buah? Perhatikan 4 Hal Ini Agar Manfaatnya Lebih Maksimal
Penulis : Ahmad Naufal Dzulfaroh
----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Penulis | : | Regina Pasys |
Editor | : | Regina Pasys |
Komentar