GridKids.id – Kids, pernahkah kamu berlibur ke Pulau Bali?
Bali sangat identik akan kekayaan alam, adat istiadat, kerajinan, dan kesenian.
Maka dari itu, kalau kamu berlibur ke Pulau Dewata, selain bisa menikmati keindahan alamnya, kamu juga bisa melihat upacara adat di setiap daerah yang kamu kunjungi.
Kids, apakah kamu sudah pernah mendengar mengenai Desa Trunyan?
Nah, Desa Trunyan ini terletak di pinggir Danau Batur, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli.
Desa Trunyan ini mempunyai tradisi yang unik lo, Kids. Tradisi ini sudah dilakukan oleh masyarakat setempat sejak dahulu sampai sekarang.
Baca Juga: Mengenal Upacara Potong Gigi di Bali yang Dilakukan Sekali Seumur Hidup
Baca Juga: Sering Dikira Cuma Iseng, Ternyata Kecerdasan Kera Ekor Panjang di Pura Bali Bikin Peneliti Kagum
Sebenarnya, tradisi apa sih yang sudah turun-temurun di kalangan masyarakat Desa Trunyan ini?
Jadi Kids, masyarakat asli Desa Trunyan memiliki adat-istiadat untuk menguburkan jenazah dengan cara dibaringkan di atas tanah, hal ini disebut juga sema wayah.
Tradisi unik ini sudah dikenal, lo, baik oleh wisatawan lokal dan wisatawan mancanegara.
Sehingga, ini menjadi salah satu daya tarik pariwisata bagi masyarakat setempat.
Pada umumnya di Pulau Bali, jika ada orang yang meninggal akan diadakan upacara ngaben.
Upacara ngaben sendiri merupakan sebuah upacara penghormatan terakhir yang dilakukan dengan cara pembakaran jenazah.
Namun, hal ini sangat berbeda dengan tradisi penerus keturunan Bali Aga di Desa Trunyan.
Jika ada orang yang meninggal, enggak dilaksanakan upacara ngaben.
Baca Juga: Mengenal Lebih Dekat Ir. Soekarno, Bapak Proklamator yang Mengantar Indonesia Menjadi Macan Asia
Baca Juga: Sejarah Pompeii, Kota Romawi Kuno yang Lenyap karena Letusan Gunung Vesuvius
Jenazah akan di upacarakan sesuai tata cara keagamaan, kemudian dibiarkan dan dibaringkan di atas tanah.
Konon katanya, jenazah yang digeletakan tersebut enggak menimbulkan bau dan hal tersebut memang terbukti sampai saat ini.
Enggak jauh dari tempat jenazah dibaringkan, terdapat pohon besar yang disebut pohon Taru Menyan yang berdiri kokoh dan akan menyapa wisatawan di pintu masuk utama.
"Taru" sendiri artinya 'pohon' dan "menyan" artinya 'wangi'.
Menurut legenda dan keyakinan masyarakat setempat, pohon itulah yang diyakini mampu menetralisasi bau yang berada di sekitar setra (kuburan).
Sangat unik, ya, tradisi di Desa Trunyan ini, Kids!
Siapa yang tertarik berkunjung kesini?
Baca Juga: Seri Budaya Indonesia - Budaya dan Kekhasan Provinsi Bali yang Beragam
Baca Juga: Keren! Wisata Air di Indonesia Ini Jadi Salah Satu yang Terbaik di Dunia, Sudah Pernah ke Sini?
---
Teman-teman, kalau ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dan pengetahuan seru, langsung saja berlangganan majalah Bobo dan Mombi SD. Tinggal klik di www.gridstore.id.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Putu Bagoes |
Editor | : | Rahwiku Mahanani |
Komentar