GridKids.id - Virus corona di Indonesia dari hari ke hari terus terjadi peningkatan kasus.
Pada Rabu (11/3/2020), pemerintah kembali mengumumkan tambahan 7 pasien yang dinyatakan positif terinfeksi virus corona atau covid-19.
Sebelumnya, masih di hari yang sama, salah seorang pasien positif virus corona di Indonesia juga dikabarkan meninggal dunia, Kids.
Maka, berdasarkan update terakhir, total pasien positif virus corona ada sebanyak 34 kasus, 2 di antaranya sembuh, dan satu orang meninggal dunia.
Dampak virus corona sudah banyak berpengaruh, meski belum ada pembatasan kegiatan di Indonesia.
Di negara lain, sampai sekarang virus corona pun juga masih menjadi ancaman, bahkan ada negara yang harus diisolasi, yakni Italia.
Baca Juga: Cegah Virus Corona dengan 6 Langkah Sederhana Ini, Gampang Banget!
Kita masih belum tahu akan sampai kapan wabah tersebut menghantui.
Nah, oleh karena itu, penting untuk lebih mengetahui lebih jauh tentang virus corona ini, Kids.
Salah satu yang penting buat diketahui ialah cara penyebarannya di transportasi umum.
Hal tersebut karena mengingat transportasi umum adalah sesuatu yang enggak bisa kita lepaskan dari kebutuhan sehari-hari.
Supaya lebih paham tentang potensi penyebaran virus corona di transportasi umum, kita simak penjelasannya, yuk!
Kereta
Dilansir dari Kompas.com yang melansir BBC, National Health Service atau program layanan kesehatan masyarakat di Britania Raya menyebut bahwa melakukan kontak dengan orang yang terinveksi virus corona dalam jarak dua meter selama lebih dari 15 menit bisa berisiko.
Terlebih lagi kalau kontak tersebut terjadi di dalam tempat seperti kereta api, Kids.
Akan tetapi, hal itu akan bergantung pada tingkat keramaian penumpang yang ada di dalam transportasi umum tersebut.
Dr Lara Gosce di Institute of Global Health mengatakan bahwa membatasi jumlah kontak dekat dengan individu dan objek yang berpotensi terinfeksi merupakan sesuatu yang penting.
Baca Juga: Tampak Mirip, Begini Perbedaan Gejala Virus Corona dan Flu Biasa
Kalau memungkinkan, dianjurkan untuk menghindari jam sibut ketika ingin melakukan perjalanan.
Risiko yang dihadapi seseorang ketika bepergian menggunakan kereta atau bus yang relatif kosong dengan yang penuh dengan penumpang tentu akan berbeda, Kids.
Selain itu, faktor lain yang memengaruhi risiko penularan penyakit ialah lama waktu perjalanan, ada tidaknya pergantian jalur, serta ventilasi dan kebersihan kendaraan.
Nah, untuk meminimalisir risiko penularan seperti virus corona, sebaiknya pilih rute yang hanya perlu menggunakan satu alat transportasi saja, Kids.
Pesawat
Profesor Quingyan Chen di Universitas Purdue, memiliki perkiraan bahwa udara di pesawat berganti sepenuhnya setiap 2-3 menit.
Sedangkan kalau di gedung ber-AC udara berganti setiap 10-12 menit, Kids.
Maka dari itu, kemungkinan besar udara di pesawat lebih baik dari rata-rata kondisi udara di kantor atau berbagai alat transportasi umum lain seperti kereta atau bus.
Meski di dalam pesawat dipenuhi oleh banyak penumpang, tapi udara di dalamnya bisa berubah dengan cepat.
Hal itu dikarenakan, ketika di dalam pesawat, udara yang dihirup sedang dibersihkan oleh filter udara partikulat efisiensi tinggi.
Sistem tersebut mampu menangkap partikel yang lebih kecil, termasuk virus jika dibandingkan dengan sistem pendingin udara biasa.
Filter di pesawat akan menghisap udara segar dari luar dan mencampurnya dengan udara yang sudah ada di dalam kabin.
Seperti diketahui, virus corona bisa menyebar melalui paparan percikan dari orang yang terinfeksi.
Percikan tersebut enggak selalu mengenai manusia secara langsung, tapi bisa menempel pada berbagai benda dan virus bisa bertahan di sana selama beberapa hari.
Nah, penyebaran juga bisa terjadi jika orang yang belum terinfeksi menyentuh benda yang sudah terkontaminasi tersebut, Kids.
Virus pada benda bisa berpindah ke tangan, kemudian masuk ke tubuh melalui hidung, mulut, atau mata saat kita enggak sengaja menyentuh bagian wajah tersebut.
Vicki Hertzberg, dari Emory University di AS, mengambil sampel dari permukaan pada sepuluh penerbangan lintas benua pada 2018 silam.
Hasilnya menunjukkan bahwa enggak ada yang menonjol dari sampel pesawat tersebut apabila dibandingkan dengan tes yang telah dilakukan di gedung dan jenis transportasi lainnya.
Namun demikian hal tersebut sulit untuk dipastikan karena ada banyak faktor lain yang bisa memengaruhi risko penularan atau penyebaran virus di pesawat.
Baca Juga: Belum Selesai Masalah Virus Corona, Kini Tiongkok Harus Dipusingkan dengan Hal Lain
menggeneralisasi risiko pada segala bentuk transportasi karena terdapat berbagai faktor yang menambah atau mengurangi risiko.
Dua baris bagian depan, belakang atau samping orang yang terinfeksi adalah tempat dengan risiko tertinggi menurut pedoman WHO.
Namun, menurut pengalaman selama wabah SARS pada 2003 lalu, di pesawat yang membawa satu orang yang telah terinfeksi, sebanyak 45 persen dari mereka yang terkena penyakit itu duduk di luar zona dua baris tersebut, Kids.
Oleh karena itu, tetap disarankan untuk cuci tangan dan membersihkan permukaan benda yang mungkin kita jangkau.
Kapal Pesiar
Kapal pesiar menjadi perhatian banyak orang setelah beberapa kapal sempat dikarantina karena ada penumpang yang terinfeksi.
Beberapa kapal pesiar yang sempat harus dikarantina akibat virus corona ialah Diamond Princess, MS Westerdam, World Dream, Anthem of Seas, dan Costa Smeralda.
Kapal pesiar bisa menampung banyak orang, bahkan hingga ribuan, lho.
Para penumpang ini bercampur dalam ruangan yang terbatas selama kurun waktu yang relatif cukup lama, Kids.
Profesor Chen mengungkapkan bahwa sistem pendingin udara kapal pesiar mencampur udara luar dengan udara dalam untuk menghemat energi.
Nah, sayangnya, sistem tersebut enggak meiliki penyaring partikel yang bisa menyaring partikel super kecil yang menjadi penyebab beberapa wabah.
Baca Juga: Pemain Juventus Positif Terinfeksi Virus Corona, Cristiano Ronaldo Memilih Pulang Kampung
Filter pada kapal pesiar umumnya enggak bisa menyaring partikel yang lebih kecil dari 5 ribu nanometer.
Padahal, mengacu pada wabah terdahulu, yakni SARS-CoV-2 pada 2003 melibatkan partikel berdiameter 120 nanometer, Kids.
Maka enggak heran kalau penyebab wabah tersebut dapat menyebar ke seluruh bagian kapal.
Partikel penyebab penyakit tersebut menyebar melalui sistem pendingin udara.
Profesor Chen meyakini bahwa kapal pesiar dapat mengurangi masalah tersebut dengan menggunakan udara luar dan enggak mengedarkannya kembali ke dalam kapal.
Tonton video ini, yuk!
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Rahwiku Mahanani |
Editor | : | Regina Pasys |
Komentar