Find Us On Social Media :

4 Tarian Ritual Pemanggil Hujan dari Indonesia, Apa Saja? #AkuBacaAkuTahu

Musim kemarau identik dengan kekeringan, hal ini mendorong masyarakat melakukan ritual minta hujan. Apa itu?

GridKids.id - Kids, pernahkah kamu berpikir tentang memanggil hujan?

Musim kemarau berkepanjangan dan kekeringan mendorong nenek moyang manusia melakukan ritual untuk memanggil hujan.

Hal ini tentu saja kembali pada kebudayaan dan kepercayaan dari masyarakat tertentu, ya.

Memanggil hujan bukan sesuatu yang aneh dalam dunia kebudayaan.

Mungkin kamu pernah dengan mengenai teru-teru bozu dari Jepang, boneka buatan tangan yang digantung di pintu atau jendela rumah untuk meminta hujan.

Tak hanya di Jepang, orang Indonesia ternyata juga punya tradisi atau ritual pemanggil hujannya sendiri, lo.

Sampai sekarang ritual-ritual pemanggil hujan yang ada di Indonesia masih dilestarikan, lo. Apa saja namanya?

Tarian Tradisi Memanggil Hujan dari Indonesia

1. Cowongan (Banyumas)

Ritual memanggil hujan yang satu ini cukup unik.

Penari yang terlibat adalah 10 orang perempuan yang berasal dari Desa Plana, Kec. Somagede, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.

Baca Juga: Kenapa ketika Hujan Turun Sering Muncul Sakit Kepala? #AkuBacaAkuTahu

Cowongan adalah simbol permohonan dan bukti pengabdian mereka yang terlibat dengan budaya peninggalan leluhur mereka.

Cowongan berarti belepotan di wajah, menggunakan media boneka yang kerasukan bidadari yang bisa memanggil hujan.

Boneka cowongan hanya boleh dipegang oleh laki-laki.

Ritual ini akan dilakukan ketika musim kemarau berlangsung sangat panjang di paruh kedua dalam setahun.

2. Gundala-Gundala (Karo)

Tarian yang satu ini berasal dari Kabupaten Karo, Sumatera Utara.

Tarian gundala-gundala disajikan ketika warga Karo mengalami kemarau panjang dan ritual ini dimaksudkan u ntuk memanggil hujan.

Para penarinya akan mengenakan pakaian mirip jubah juga topeng yang dibuat dari kayu.

3. Tari Sintren (Cirebon)

Sintren atau Lais adalah salah satu jenis tarian yang sarat nilai-nilai magis, Kids.

Tarian ini hanya akan dipentaskan ketika di sebuah daerah terjadi kemarau panjang.

Baca Juga: Kenapa Kita Mengalami Nostalgia Ketika Hujan Turun? #AkuBacaAkuTahu

Biasanya ritual sintren akan diadakan 40 malam berturut-turu.

Doa dan harapan yang dipanjatkan semua orang adalah agar Tuhan yang Maha Kuasa akan segera menurunkan hujan di daerah tersebut.

Pawang sintren adalah orang yang akan menjadi perantara berdoa pada Tuhan Yang Maha Esa.

Penari sintren adalah perempuan yang masih suci, sedangkan pemain Lais adalah laki-laki yang juga masih suci.

Para penari yang terlibat akan berada dalam kondisi yang enggak sadar atau kesurupan, Kids.

4. Tarian Suling Dewa (Bayan)

Suling dewa adalah salah satu kesenian tradisional yang berasal dari Bayan, Lombok Utara, NTB.

Masyarakat Bayan akan menentukan hari dan tempat untuk pelaksanaan ritual suling dewa ini.

Selain mempersiapkan pelaksanaan ritual, ada juga berbagai sesaji, mulai dari makanan, bunga-bunga, sampai kapur sirih.

Kapur sirih adalah salah satu komponen terpenting yang dipercaya masyarakat setempat bisa mendatangkan hujan.

Dalam tradisi ini, alat musik seruling menjadi perwujudan manusia yang di dalamnya ada roh tanda-tanda kehidupan.

Baca Juga: Asal Muasal Petrikor, Bau Khas Musim Penghujan #AkuBacaAkuTahu

Nah, Kids, itu tadi beberapa contoh tarian tradisi yang bisa memanggil hujan dari berbagai negara Indonesia. Unik ya, Kids?

Pertanyaan:
Berapa jumlah penari yang akan menarikan tarian tradisi Cowongan di Banyumas?
Petunjuk, cek lagi halaman 1. 

 ----

Jangan lupa kunjungi juga akun youtube GridKids untuk mendapatkan berbagai informasi visual dalam bentuk video dan shorts yang bisa menambah wawasanmu, Kids!