GridKids.id - Kids, pada artikel GridKids kali ini kamu akan belajar bersama tentang kerajaan Inggris.
Di artikel yang terdahulu, kamu sudah belajar bersama tentang latar belakang Magna Carta hingga Perang Mawar, sebuah perang saudara yang melahirkan Dinasti Tudor.
Pada artikel sebelumnya kamu telah memahami bahwa takhta dinasti Tudor sepeninggalan Raja Henry VIII jatuh ke tangan putrinya dengan Permaisuri Catherine of Aragon, Putri Mary.
Namun, ketika sang Ratu akhirnya harus tutup usia, tahta diberikan kepada Ratu Elizabeth.
Ratu Elizabeth memerintah selama 45 tahun dan pemerintahan Inggris kembali ke agama Protestan dan berhasil mengalahkan Spanyol pada 1588.
Perdagangan dan perserikatan dagang berlandaskan hukum di Inggris mulai berdiri dan terus menguat.
Inggris bahkan berhasil memperluas wilayah jajahannya hingga ke Benua lainnya di dunia.
Semasa Inggris mencapai kemakmuran di bawah Ratu Elizabeth I, kesenian dan sastra berkembang dengan pesat.
Salah satu sastrawan yang menonjol di Inggris adalah William Shakespeare, Christoper Marlowe, dan Ben Johnson.
Sepeninggal Ratu Elizabeth I, takhta Inggris digantikan oleh Raja James VI dari Skotlandia di 1603, dan bergelar menjadi Raja James I ketika naik menjadi raja Inggris.
Selama masa pemerintahan Raja James I, armada laut dan urusan pelayaran diabaikan dan enggak berjalan dengan efektif.
Baca Juga: Magna Carta: Piagam Kebebasan Kerajaan Inggris dari Absolutisme Raja
Konflik dan Perang Saudara di Inggris Abad-17
Selama era ini konflik mulai muncul antara raja dan Dewan Rakyat yang saat itu mulai banyak menerima tuntutan rakyat atas pajak yang digunakan untuk kepentingan pribadi raja.
Terjadi perselisihan keagamaan antara rakyat dan kerajaan Inggris.
Kaum puritan percaya pada upacara sederhana enggak merasa rakyat perlu ikut campur urusan gereja.
Masalah ini terjadi sejak masa pemerintahan anak Raja James dan terus berlarut-larut.
Setelah 11 tahun berlalu, pada 1629 Raja Charles I enggak mengadakan sidang parlemen dan mencari uang dengan cara yang berbeda.
William Laud mencoba mendesak kaum puritan lewat Uskup Agung Canterburry.
Tindakan William Laud ini akhirnya menimbulkan pemberontakan ke bangsa Skotlandia di 1640, menarik perhatian raja sampai harus memanggil parlemen.
Fakta bahwa hubungan raja dan parlemen enggak harmonis harus dikesampingkan karena pemberontakan yang terjadi.
Perilaku dan pilihan raja ini membuat parlemen akhirnya dibubarkan di 1660.
Para pendukung raja Charles I, termasuk kaum Katolik mulai berperang pada 1642.
Baca Juga: Kerajaan Inggris: Perang Saudara dan Jalannya Pemerintahan di Bawah Dinasti Tudor
Perang Saudara antara Kerajaan dan Parlemen Inggris
Perang saudara ini berlangsung antara pendukung raja Charles I dengan kekuatan parlemen yang dipimpin oleh Oliver Cromwell.
Empat tahun setelahnya, pasukan Cromwell berhasil mengalahkan pasukan tentara berkuda Raja Charles.
Akibatnya Raja dihukum mati sesuai perintah parlemen sehingga mengakhiri juga pemerintahan tradisional di 1649.
Pada 1653-1658, Cromwell memerintah Inggris sebagai Lord Protector atau Sang Pelindung.
Rasa ketidakpuasan rakyat mulai muncul pada parlemen di 1660 ketika parlemen memanggil anak lelaki Raja Charles untuk menduduki takhta kerajaan.
Di 1685, Raja Charles II meninggal dan digantikan oleh saudara laki-lakinya, Pangeran James yang menganut agama Katolik.
Raja James II berusaha mengubah Inggris menjadi Katolik dan parlemen mengangkat senjata untuk menentang maksud Raja James II ini.
Raja James II diturunkan dan melarikan diri ke luar negeri pada 1688, digantikan oleh Wiliam III atau Prince of Orange dan Ratu Mary II memerintah Inggris bersama hingga 1702.
Parlemen Inggris menghasilkan Bill of Rights atau Undang-Undang Hak Asasi yang melengkapi Magna Carta di 1689.
Undang-undang ini membatasi kekuasaan raja dan menjadikan parlemen sebagai pemerintah Inggris yang sejati.
----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.