Mengatur dan merapikan merupakan cara kita untuk merasa memegang kendali, namun terkadang ada begitu banyak hal yang harus diatur.
Begitu juga dengan fitur scroll di sosial media yang tak ada batasnya membuat otak kita memeriksa dan mengirimkan sinyal neurokimiawi demotivasi dan kegagalan.
Hal ini merupakan kombinasi dari peningkatan kortisol dan penurunan dopamin yang menciptakan pengalaman biofisik berupa perasaan stres dan bosan.
Hal ini diperkuat oleh kegagalan yang sering dialami dengan pemicu lainnya, seperti pembaruan perangkat lunak yang mengganggu.
Keadaan peningkatan yang terus-menerus ini berlawanan dengan cara kita belajar.
Manusia termotivasi oleh pertumbuhan, di mana kita ingin belajar lebih banyak dan menjadi lebih baik dalam mengerjakan tugas, bukannya merasa tiba-tiba melambat.
Dengan terlalu banyak hal yang harus dipilah dan lebih banyak lagi yang harus dilakukan, sistem kita sering kali dipicu untuk gagal.
2. Menciptakan rasa takut
Pemicu teknologi yang selanjutnya disebabkan oleh kekhawatiran tentang keamanan siber dan seberapa aman informasi digital kita.
Walau belanja online terlihat aman, mungkin ada kecurigaan yang menyelinap bahwa kartu kredit dan informasi keuangan kita tak terlindungi.
Baca Juga: Dampak Pola Pikir Pesimis dalam Keseharian, Tak Hanya Pengaruhi Kesehatan Mental