Find Us On Social Media :

Benarkah Junk Food Bisa Pengaruhi Kesehatan Mental? #AkuBacaAkuTahu

Selain masalah kesehatan fisik, ternyata junk food juga bisa memengaruhi kesehatan mental

GridKids.id - Kids, apakah kamu suka mengonsumsi junk food?

Junk food adalah makanan tinggi kalori yang enggak baik untuk kesehatan kita, nih.

Rasanya memang lezat dan memakannya pun praktis.

Namun ternyata selain kesehatan fisik, junk food juga berpengaruh pada kesehatan mental kita, lo.

Hal tersebut diungkapkan dalam buku terbaru karya psikolog, ahli gizi, dan mantan kontestan Great British Bake-Off, Kimberley Wilson yang berjudul “Unprocessed: How the Food We Eat is Fuelling Our Mental Health Crisis.”

Buku tersebut membahas tentang bagaimana makanan bisa memengaruhi IQ dan kesehatan mental seseorang.

Secara khusus, Wilson pun menekankan klaimnya pada makanan ultra-olahan (ultra-processed food, atau UPF).

UPF merupakan istilah umum bagi makanan atau minuman yang mengandung beberapa bahan yang biasa kita temukan di kemasan loli atau situs makanan cepat saji, seperti pati jagung, asam askorbat sampai kalium sorbat.

Data Wilson pun menunjukkan bahwa 57 persen dan 55 persen dari makanan penduduk Amerika serta Inggris merupakan UPF, berbanding jauh dengan penduduk Italia yang rata-rata hanya mengonsumsi sekitar 14 persen UPF saja.

Lalu, bagaimana pengaruh junk food ini pada kesehatan mental seseorang?

Otak manusia adalah sebuah organ yang sangat besar, dan bisa menyumbang energi sebesar 23 persen saat kita beristirahat.

Baca Juga: 7 Jenis Makanan Tak Sehat yang Harus Dibatasi Konsumsinya, Salah Satunya Mi Instan

Jumlah itu pun meningkat menjadi 74 persen pada anak-anak dan bayi.

Selain itu, otak juga merupakan organ dengan kandungan lemak paling tinggi dalam tubuh, dan lemak Omega-3 merupakan kandungan esensial yang sangat diperlukan untuk integritas struktural dan berfungsinya otak secara baik dan maksimal.

Di sisi lain, UPF atau junk food sangat rendah akan kandungan lemak Omega-3 sehingga tidak berkontribusi pada fungsi otak yang optimal dan regulasi emosional seseorang.

National Health and Medical Research Council juga menemukan kalau diet tinggi karbohidrat olahan bisa meningkatkan risiko gejala depresi.

Alasan mengapa hal ini bisa terjadi memang belum jelas.

Meski begitu, kemungkinan hal ini dipengaruhi oleh perubahan kadar gula darah dan efek makanan itu pada mikroorganisme yang hidup di usus.

Untuk itu, ada baiknya kurangi konsumsi junk food, ya!

(Penulis : Anya Dellanita)

-----

Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.