Sejarah dan Makna Kue Keranjang
Dalam kepercayaan masyarakat Tionghoa di Cina, kue keranjang atau yang sering disebut dengan Nian Gao merupakan hidangan yang ditujukan untuk menyenangkan
Dewa Cau Kun Kong (Dewa Tungku) supaya sang Dewa bisa membawa kabar baik dan menggembirakan untuk Raja Giok Hong Siang Te, sang Raja Surga.
Keberadaan kue keranjang disebut sudah ada sejak sebelum masehi atau sekitar 2.000 tahun yang lalu tepatnya pada era Dinasti Zhou (256-11 SM).
Sedangkan, kue keranjang dibawa oleh orang-orang Tionghoa dari dataran Cina ke Nusantara sekitar abad ke-5 M.
Bapak Jongke Tio, seorang sejarawan asal Semarang menyebutkan bahwa kedatangan orang Tionghoa ke Indonesia sekitar tahun 400 M.
Gelombang awal kedatangan orang Tionghoa dimulai dari penduduk laki-laki terlebih dulu yang ketika itu mendarat di daerah Mangkang.
Konon, nama Mangkang diambil dari nama kapal Cina yang membawa rombongan orang Cina ke Nusantara yaitu Wangkang.
Pendaratan yang sempurna itu membuat orang-orang Tionghoa itu membangun klenteng sebagai bentuk terima kasih dan rasa syukur pada Dewa Bumi.
Hal ini jugalah yang membuat banyak klenteng kecil yang dibangun di kawasan pantai, karena lewat pelabuhan-pelabuhanlah orang-orang Tionghoa masuk ke wilayah Nusantara.
Dilansir dari laman id.theasianparent.com, kue keranjang yang dibawa oleh orang Tionghoa yang datang dan menetap di Indonesia memiliki beberapa makna yang berkaitan dengan perayaan Tahun Baru Imlek, di antaranya:
- kekeluargaan;
- kegigihan dan sikap pantang menyerah;
- persaudaraan yang erat juga suka cita;
- kesabaran, keteguhan hati;
- rezeki dan kemakmuran.
----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.