Find Us On Social Media :

Penuh Filosofi, Inilah 4 Jenis Pakaian Adat Betawi dan Keunikannya

Pentas ondel-ondel di daerah Glodok, Jakarta Barat, Indonesia.

GridKids.id - Kids, sebelumnya kamu sudah diajak mengenal pakaian tradisional sehari-hari dari Betawi yaitu kebaya encim dan baju sadariah.

Kali ini, kamu diajak untuk mengenal berbagai jenis pakaian tradisional Betawi lainnya yang dikenakan dalam berbagai acara adat seperti pernikahan dan acara resmi lainnya.

Daerah Khusus Ibukota Jakarta merupakan ibukota negara Indonesia yang menjadi tempat pertemuan berbagai kebudayaan pendatang dengan kebudayaan asli Betawi.

Keberagaman budaya yang memiliki sentuhan budaya Tionghoa, India, dan Arab tercermin salah satunya dari pakaian adat dan beragam ornamen pendampingnya.

Baca Juga: Wujud Keragaman Budaya dan Suku di Indonesia, Materi Kelas 4 SD Tema 6

Biasanya pada peringatan hari jadi DKI Jakarta yang jatuh setiap 22 Juni, akan diselenggarakan Pekan Raya Jakarta yang meriah dengan berbagai pakaian adat yang ditampilkan di sana.

Selain itu, ketika peringatan dirgahayu Jakarta pakaian adat Betawi seperti baju demang atau kebaya encim, juga dikenakan oleh para pembawa acara di televisi atau para petugas pelayanan publik yang bertugas di hari kerjanya.

Hal ini menunjukkan bahwa pakaian adat Betawi cukup ikonik dan memiliki kekhasannya untuk dikenakan dalam berbagai momentum.

Yuk, langsung simak ulasan lebih lanjut tentang berbagai pakaian adat Betawi yang digunakan untuk acara resmi dan acara adat seperti pernikahan berikut ini.

1. Jas Tutup Ujung Serong

Pakaian adat ini paling sering digunakan oleh bangsawan dan kaum demang (pejabat daerah).

Pakaian adat ini sekarang sering dikenakan oleh Pegawai Negeri Sipil di Provinsi DKI Jakarta dan biasa digunakan dalam berbagai acara resmi masyarakat Betawi, terutama oleh para tetua Betawi.

Baca Juga: Mengenal Pakaian Adat Riau, Jenis-Jenisnya dan Keunikannya

Pakaian ini terdiri dari kopiah hitam polos, jas tutup warna gelap, Celana Pantalon, Sepatu Pantofel, Aksesoris rantai kuku macan, Kain Sarung Lasem bermotif Tupal Pucuk Rebung.

Selain itu, terdapat juga pakaian yang hampir mirip dengan baju jas tutup ujung serong dengan beberapa tambahan aksesoris pelengkap seperti liskol (penutup kepala), lokcan (kain yang digunakan sebagai sabuk dan berfungsi untuk mengikat pisau raut di pinggang).

Biasanya pakaian ini dikenakan peserta laki-laki dalam kontes duta budaya Abang None Jakarta.

2. Kebaya None

Pakaian ini biasanya dikenakan oleh peserta perempuan dalam kontes Abang None Jakarta. Secara keseluruhan pakaian ini akan dicocokkan nuansanya dengan nuansa baju demang yang dikenakan oleh peserta laki-laki atau si abang.

Berikut adalah detail kelengkapan pakaian adat kebaya none dari Betawi ini, antara lain:

Dimulai dari selendang none yang dijadikan kerudung, dengan filosofi disampirkan di sebelah pundak kiri sebagai bentuk menghilangkan sikap sombong dan menimbulkan citra perempuan Betawi yang rendah hati dan mulia jiwanya.

Lalu mengenakan kebaya panjang none yang terbuah dari bahan sifon atau paris yang tipis dan transparan. Karena itulah pakaian ini dikenakan bersama dengan kamisol atau pakaian dalam yang berkancing depan di dalamnya.

Baca Juga: Bak Bangsawan, Ini Potret Artis Indonesia Saat Kenakan Kebaya, Istri Daniel Mananta Terlihat Anggun

Kancingnya berjumlah lima atau enam, yang mewakili rukun Islam dan rukun iman umat muslim.

Roknya mengenakan kain tumpal motif ujung tombak atau pucuk rebung, dengan pelengkap alas kakinya yaitu selop tutup.

Aksesoris yang dikenakan untuk melengkapi penampilan none ini adalah Anting Air Seketel/Biji Lada, Kalung Tebar, Peniti rantai susun tiga yang dikaitkan pada kancing kebaya, dan pending yang dikenakan di bagian perut sebagai sabuk.

3. Baju Penganten Care Haji (Baju Pengantin Pria Betawi)

Baju pengantin adat Betawi ini terlihat mendapat pengaruh kebudayaan Arab dan terdiri dari beberapa komponen dan aksesoris, antara lain:

Gamis yang berupa pakaian dalam yang dikenakan di dalam jubah dengan panjang sampai semata kaki dengan warna polos dan biasanya senada dengan jubah yang dikenakan di bagian luar. Baju ini juga dipergunakan untuk menenuaikan sholat di tengah prosesi pernikahan yang panjang.

Selempang yang disampirkan di pundah kiri menyamping ke pinggang kanan dengan lebar 15 cm dan panjang 2 meter, memiliki filosofis mengarahkan hidup ke arah yang benar atau kebaikan.

Jubah atau jube merupakan pakaian luaran yang longgar dan berukuran besar terbuka dari bagian leher ke bawah, bahannya terbuat dari beludru dengan hiasan renda, payet, dengan motif flora dan fauna.

Baca Juga: Mengenal Jenis dan Fungsi Pakaian Adat Kalimantan Barat dan Maknannya

Alpie atau tutup kepala seperti sorban setinggi 15 cm yang diliputi kain sorban berwarna putih atau emas, dengan untaian melati 3 untai atau ronce di bagian kiri. Di bagian atasnya tersemat mawar merah, dan pada ujung untaian disematkan bunga cempaka.

Untuk alas kaki pengantin pria menggunakan pantopel (bentuknya seperti sendal selop)

4. Dandanan Rias Besar atau Cara Cine (Baju Pengantin Wanita Betawi)

Baju pengantin wanita betawi tampak sangat meriah dan penuh dengan berbagai aksesoris dan komponen yang tampak begitu unik dan kental dengan budaya Tionghoa.

Mulai dari pilihan warnanya hingga beberapa corak atau motif yang ditampakkan pada beberapa bagian pakaian dari ujung kepala hingga ujung kaki.

Berikut adalah beberapa komponen dan aksesoris Cara Cine pengantin wanita Betawi, antara lain:

Tuakai yaitu baju blus yang terbuat dari bahan beludru yang bermotif flora fauna yang terkesan gemerlap.

Baca Juga: 5 Pakaian Adat Maluku yang Memiliki Jenis dan Fungsi yang Berbeda-Beda

Dan bagian bawahannya adalah kun atau rok yang agak lebar terbuat dari bahan beludru.

Di bagian atas ditambahkan Delima atau hiasan penutup dada yang dihiasi emas, dibuat mengelilingi leher berkancing di belakang, dirangkai menjadi 8 bentuk membentuk belahan buah delima.

Alas kaki yang dikenakan oleh pengantin wanita adalah selop atau kasut yang berhiasakan manik-manik yang disebut dengan perahu kolek.

Hiasan kepalanya sangat ramai mulai dari sanggulnya yang menggunakan bentuk konde buatun yang memperlihatkan bagian tengkuk pengantin wanita yang bersih sebagai tanda bahwa si pengantin wanita rajin menunaikan ibadah Sholat.

Siangko atau hiasan dahi dikenakan seperti cadar yang menutupi wajah pengantin wanita, terbuat dari manik-manik emas.

Selain itu, terdapat juga siangko sedang yang disebut juga sebagai mahkota atau sisir garu yang dikenakan di bagian ubun-ubun mempelai wanita.

Baca Juga: Aesan Paksangkong, Pakaian Adat Sumatera Selatan yang Penuh Filosofi

Lalu selanjutnya tatanan rambut ditutup dengan siangko kecil berukuran 3,5 dipakai di bagian sanggul belakang.

Di bagian kepala ditambahkan berbagai tusukan hiasan seperti 10 buat tusuk paku, 5 buah tusuk bunga, 10 buah tusuk kembang goyang, hiasan ronce atau untai melati, 2 buah kembang kelapa, 2 buah kembang rumput, 4 hiasan burung hong, sepasang sumping, dan sepasang anting, juga kalung tebar.

Nah, Kids, itulah 4 jenis baju adat tradisional betawi yang memiliki fungsi dan keunikannya masing-masing. Tiap elemen dan komponen penyusun sebuah tampilan pakaian adat tradisional memiliki filosofi nilai-nilai luhur budaya Betawi yang patut terus dilestarikan oleh generasi penerusnya. 

----

Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.