Find Us On Social Media :

Partikel Virus Corona yang Lebih Kecil Bisa Menyebar di Udara, 239 Ilmuwan Minta WHO Lakukan Revisi

Corona bisa menular lewat udara, benarkah?

GridKids.id - Virus corona COVID-19 masih menyebar di berbagai negara.

Karena merupakan virus jenis baru, masih banyak hal yang belum kita ketahui secara pasti mengenai virus ini.

Oleh sebab itu, berbagai penelitian pun masih terus dilakukan.

Ratusan ilmuwan dari berbagai negara menemukan bukti virus corona menyebar di udara dan mendesak Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk merevisi rekomendasinya.

Seperti diberitakan Kompas.com, Senin (6/7/2020) sebelumnya, WHO sudah sejak lama beranggapan kalau virus SARS-CoV-2 cuma menyebar lewat droplet atau percikan pernapasan yang keluar saat seseorang batuk atau bersin.

Namun, bukti adanya partikel virus yang lebih kecil yang ada di udara bisa menginfeksi manusia sudah diungkapkan para ilmuwan dalam surat terbukanya kepada WHO.

Sebanyak 239 ilmuwan yang menulis surat terbuka kepada WHO, CDC Amerika Serikat dan lembaga kesehatan lainnya, mendesak perubahan pada panduan publik tentang penyebaran virus SARS-CoV-2.

Sebelumnya, pedoman WHO yang fokus pada beberapa protokol kesehatan, yaitu mencuci tangan, menjaga jarak sosial (physical distancing) dan tindakan pencegahan terhadap droplet dengan penggunaan masker.

Surat terbuka dari para ilmuwan dunia kepada WHO sudah diterbitkan pada Senin lalu di jurnal Clinical Infectious Diseases.

Baca Juga: Disebut Bisa Menyebar dengan Cara Baru, Benarkah Virus Corona Bisa Ditularkan Lewat Udara?

Seperti Asap Rokok

Para ilmuwan mengatakan lembaga-lembaga kesehatan dianggap masih abai pada tetesen kecil virus yang menyembur dari mulut, menjadi aerosol dan melayang di udara, yang kemungkinan menjadi cara penularan COVID-19.

"Mereka tidak ingin berbicara tentang penularan melalui udara, karena itu akan membuat orang takut," kata Donald Milton, profesor keseharan lingkungan di University of Maryland seperti diwartakan CNN, Rabu (8/7/2020).

Sebuah studi yang dipublikasikan pertengahan Maret lalu menemukan virus corona baru bisa bertahan dalam tetesan pernapasan mikroskopis berdiameter sekitar 2,5 mikron, bahkan lebih kecil dan bisa bertahan sampai 3 jam.

Sementara itu, peneliti Harvard, Allen dan Linsey Marr, profesor teknik sipil dan lingkungan di Virginia Tech menerbitkan makalah yang mengungkap peran partikel udara yang lebih kecil dalam penyebaran virus corona penyebab Covid-19.

Mereka mengatakan enggak mungkin bagi seseorang untuk melepaskan tetesan besar (> 5 mikron) tanpa melepaskan yang lebih kecil.

Marr menemukan virus flu bisa melayang di udara dalam tetesan mikroskopis selama satu jam atau lebih, untuk menjelaskannya dia menggunakan rokok untuk menunjukkan bagaimana virus menyebar.

"Partikel mikroskopis kecil yang disebut aerosol berperilaku seperti asap rokok. Jadi mereka akan lebih terkonsentrasi lebih dekar dengan perokok yang mungkin terinfeksi. Ketika Anda semakin jauh, maka paparannya akan jauh lebih sedikit," jelas Marr.

Baca Juga: Sempat Dikatakan Bisa Menular Lewat Udara, WHO Pastikan Virus Corona Enggak Airborne

Masker Kain Perlu Dilapisi Filter

Pakar penyakit menular William Schaffner, profesor kedokteran pencegahan dan penyakit menular di Vanderbilt University School of Medicine di Nashville sepakat dengan CDC.

Ia beranggapan kalau sebagian besar penularan Covid-19 terjadi dalam jarak 3-6 kaki dari orang yang terinfeksi.

Namun, apakah ada jalan lain di mana virus bisa menjadi aerosol dan menyebar di udara?

Schaffner mengakui potensi itu ada, kalau penyelidikan kesehatan masyarakat di masa depan menemukan peristiwa penularan aerosol ini lebih umum daripada yang diperkirakan saat ini, maka bisa mengubah prioritas.

"Tapi saya tidak berpikir kita perlu mengubah semua unit AC (pendingin udara) di Amerika Serikat, bahkan di seluruh dunia berdasarkan rute transmisi ini," kata Schaffner.

Dia lebih menekankan pentingnya menjaga jarak sosial dan menghindari kerumunan untuk menurunkan transmisi virus.

Lalu apakah masker bisa melindungi dari droplet mikroskopis yang ada di udara?

Masker N95 dan masker bedah dinilai mampu menahan droplet, baik dari pemakainya, maupun yang berada di udara.

Oleh karena itu, para ilmuwan terus mempelajari efektivitas masker buatan sendiri untuk bisa menangkal partikel virus di udara.

"Sebagian besar masker kain, tidak dilapisi filtrasi yang dapat menahan partikel berbahaya," kata Sara Greenstein, CEO Lydall, perusahaan produsen masker N95.

Milton mengatakan vaksin terbaik melawan rasa takut ini adalah pengetahuan dan memberdayakan orang untuk menjaga diri mereka sendiri.

"Mengapa masker itu penting, karena menghalangi aerosol dari sumbernya, itu mudah untuk memblokirnya (penularan virus corona)," jelas Milton.

(Penulis: Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas)

Baca Juga: Dunia Disebut Masih Berada di Gelombang Pertama Penyebaran Virus Corona, WHO Peringatkan Gelombang Kedua, Apa Maksudnya?

-----

Teman-teman, kalau ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dunia satwa dan komik yang kocak, langsung saja berlangganan majalah Bobo, Mombi SD, NG Kids dan Album Donal Bebek. Tinggal klik di www.gridstore.id.