Find Us On Social Media :

Viral Mi Ayam Tumini, Pemiliknya Meninggal Setelah Warung Bertahan Selama 30 Tahun, Warganet Berduka

Mi Ayam Tumini yang baru-baru ini viral di medsos.

GridKids.id - Baru-baru ini Mi Ayam Tumini viral di media sosial Twitter.

Ia sempat menjadi trending di Twitter Indonesia pada Sabtu (8/2/2020).

Bahkan, hingga Sabtu siang twit terkait Tumini ada lebih dari 2.000, lo.

Tumini adalah pemilik warung Mie Ayam Bu Tumini Sari Rasa Jatiayu.

Di hari Sabtu tersebut, ia meninggal dunia, Kids.

Baca Juga: Keren, Sekarang Manusia Sudah Bisa Membuat Makanan di luar Angkasa! Apa Makanan Pertama yang Dibuat?

Mie Ayam Tumini adalah salah satu mie legendaris yang ada di Yogyakarta.

Maka enggak heran kalau kepergian pemilik warung ini membuat pelanggan setia dan warganet berduka.

Warung mi ayam ini tepatnya terletak di Jalan Imogiri Timur No 187 Umbul Harjo, atau di sisi utara pintu masuk Terminal Giwangan.

Berikut ini beberapa fakta tentang mi ayam legendaris tersebut. Yuk, kita simak!

Tinggal di Gunungkidul

Meski warungnya ada di dekat Terminal Giwangan, Tumini dan keluarganya tinggal di Dusun Sawahan V, Desa Dadapayu, Kecamatan Karangmojo, Gunung Kidul.

Tumini adalah wanita kelahiran Salatiga, Jawa Tengah dan suaminya, Suparman kelahiran Jatiayu.

Suparman piawai membuat mi karena belajar dari salah satu saudaranya di Cirebon, Jawa Barat.

Baca Juga: Mi Instan Jadul Ini Pernah Hits Pada Zamannya, Mana yang Masih Kamu Ingat?

Awalnya Sewakan Gerobak Mi Ayam

Eko Supriyanto adalah anak pertama pasangan Tumini dan Suparman.

Ia menceritakan perjuangan keluarganya dalam merintis usaha mi ayam yang sekarang banyak diburu karena salah satunya adalah ciri khas kuah kentalnya yang manis.

Pada tahun 1989, Suparman menyewakan beberapa gerobak mi ayam kepada kepada para pedagang keliling di kawasan Kota Gede dengan harga Rp 500 per hari.

Selain itu, Suparman dan Tumini pun juga menyuplai mi basah untuk pedagang keliling yang menyewa gerobaknya, Kids.

Buka pada Tahun 1990

Pada tahun 1990, setelah dapat modal dari menyewakan gerobak, keduanya pun membuka usaha mi ayam di utara pintu masuk Terminal Giwangan yang kita kenal sekarang itu, Kids.

Lokasi tersebut sampai saat ini masih dipertahankan dan digunakan untuk berjualan.

Dulu, saat pertama kali buka, Suparman menjual satu porsi mi ayamnya seharga Rp 250.

Di hari biasa, sehari mereka bisa menjual 30 porsi, sementara di akhir pekan sebanyak 60 porsi mi ayam.

Baca Juga: Sering Dibilang Makanan Jorok dan Enggak Sehat, Ternyata Ceker Ayam Baik untuk Tubuh

Sempat Dikelola Orang Lain

Sayangnya, di tahun 1996, Suparman kecelakaan dan meninggal dunia.

Ia sempat dirawat selama 2 minggu dan ketika itu usaha mi ayam sempat diserahkan ke kerabatnya.

Namun, cara memasak yang berbeda membuat omzet warung tersebut menurun.

Akhirnya, Tumini pun kembali mengambil alih. Seiring berjalannya waktu, warung mi ayamnya pun kembali laris.

Viral di Media Sosial

Sekitar awal tahun 2000-an, menurut Eko, warung mi ayamnya mulai booming di media sosial.

Pada masa itu, ada banyak pelanggan yang membagikan informasi tentang Mie Ayam Tumini di medsos.

Warung mi ayam ini pun mulai terkenal ke berbagai daerah karena banyak di-review di medsos.

Cita rasa yang khas dan lezat dari mi ayam ini mampu terus menarik pelanggan dan bertahan selama 30 tahun lamanya.

Baca Juga: Bermula dari Perang dan Sayembara, Ternyata Begini Asal Mula Ditemukannya Makanan Kaleng

Bahkan kini, warung mi ayam tersebut sudah punya empat cabang.

Di warung pertama di Jalan Imogiri, rata-rata sebanyak 700 mangkok mie ayam bisa ludes terjual setiap harinya.

Nah, uniknya semua cabang Mie Ayam Tumini mendapatkan suplai bumbu dari warung utama di Jalan Imogiri ini, lo.

Hal itu dilakukan untuk menjaga dan mempertahankan kualitas cita rasa mi ayamnya.

Tonton video ini, yuk!