Selama fase solar minimum terjadi, sangat sedikit dan hampir enggak ada terbentuk bintik Matahari, Kids.
Menurut Space Weather Prediction Center (SWPC), pada Agustus kemarin, rata-rata ada 215,5 bintik Matahari harian yang ditemukan di permukaannya.
Menurut pusat cuaca antariksa AS, terakhir kali jumlah bintik Matahari sebanyak ini setidaknya 23 tahun lalu, tepatnya pada September 2001.
Waktu itu, rata-rata bintik Matahari adalah 238, 2, hampir mirip dengan jumlah bintik Matahari yang terekam pada 8 Agustus tahun ini.
Apa Dampak Terburuknya Bagi Kehidupan di Bumi?
Meski jadi salah satu tanda kalau solar maximum meningkat, jumlah bintik Matahari yang lebih banyak dari biasa bukan satu-satunya faktor penentu, lo.
Ingatkah kamu bahwa pada 10 Mei 2024 lalu, badai geomagnetik sempat menyebabkan penampakan aurora di berbagai lokasi di Bumi?
Yap, badai geomagnetik itu diklaim tak pernah terlihat sejak 31 Oktober 2000.
Setelah badai geomagnetik itu, beberapa hari kemudian Matahari memuntahkan solar flare sebesar X8,7, termasuk ledakan solar terkuat sejak 2017 silam.
Puncak Matahari masih tetap berlangsung selama 1-2 tahun bahkan lebih.
Bahkan masih ada perkiraan kalau aktivitas Matahari akan terus meningkat sampai 1 tahun ke depan atau lebih.
Baca Juga: Apa yang Terjadi pada Planet Tata Surya Jika Matahari Mati di Masa Depan?
Kalau situasi ini terus berlangsung, maka bisa mempengaruhi infrastruktur di daratan, Kids.
Penampakan aurora yang menyebar di lintang rendah Bumi bisa memicu satelit jatuh lagi ke Bumi.
Pertanyaan: |
Kenapa bintik Matahari bisa terbentuk, ya? |
Petunjuk, cek lagi halaman 1. |
----
Jangan lupa kunjungi juga akun youtube GridKids untuk mendapatkan berbagai informasi visual dalam bentuk video dan shorts yang bisa menambah wawasanmu, Kids!
Source | : | Kompas.com,kids.grid.id |
Penulis | : | Ayu Ma'as |
Editor | : | Grid Kids |
Komentar