GridKids.id - Kids, pernahkah kamu membayangkan seperti apa para astronaut tidur di stasiun luar angkasa itu?
Tak hanya masalah gravitasi yang berbeda dengan Bumi, astronaut juga akan menghadapi perbedaan jam tidur, lo, Kids.
Ya, tentu kamu enggak lupa kalau tiap planet punya kala rotasi berbeda.
Rotasi adalah waktu yang diperlukan Bumi untuk mengitari porosnya sendiri.
Nah, para astronaut yang bertugas di stasiun luar angkasa juga mengorbit pada planet Bumi, nih, Kids.
Stasiun luar angkasa ini mengorbit dalam jarak antara 370-460 kilometer di atas permukaan Bumi dengan kemiringan 51, 6 derajat.
Dilansir dari laman kompas.com, menurut NASA, stasiun luar angkasa ini akan mengitari tempat yang sama di Bumi tiap tiga hari sekali.
Stasiun luar angkasa perlu waktu sekitar 90 menit untuk mengitari planet Bumi.
Durasi itu membuat stasiun luar angkasa bisa mengorbit Bumi setidaknya 16 kali sehari, Kids.
Jika berotasi 16 kali, itu berarti ada 16 kali matahari terbit dan 16 kali matahari terbenam yang disaksikan oleh para astronaut ini.
Bagaimana astronaut menyesuaikan tidur di tengah situasi yang enggak biasa ini?
Baca Juga: Studi Ungkap Sayur Sebaiknya Tak Dijadikan Makanan Astronaut, Kenapa?
Cara Tidur Astronaut di Stasiun Luar Angkasa
Stasiun luar angkasa mengikuti zona waktu standar yang digunakan di Bumi juga yaitu Greenwich Mean Time (GMT).
Dengan melihat GMT, astronaut bisa mengira kapan waktunya tidur dan bangun selama berada di stasiun luar angkasa.
Selain penetapan zona waktu, sebenarnya para astronaut harus menghadapi efeknya pada ritme sirkadian tubuh.
Di stasiun luar angkasa enggak ada paparan sinar Matahari seperti di Bumi.
Bicara hal lain, sama juga dengan iklim yang enggak ada dan spesifik seperti Bumi yang mendingin suhunya ketika sudah waktunya rehat di malam hari.
Sebuah eksperimen berjudul Circadian Light oleh European Space Agency (ESA) mencoba menciptakan lampu yang dirancang untuk mendukung ritme sirkadian astronaut yang tinggal menetap sementara di stasiun luar angkasa.
Lampu-lampu itu dipasang di kabin awak dan tempat tidurnya ketika di hari ketiga tugasnya di angkasa luar.
Ketika waktunya tidur lampu akan menyala merah sebagai simulasi Matahari terbenam.
Lampu akan berubah jadi biru di pagi hari sebagai gambaran warna langit pagi di Bumi.
Selama berada di stasiun luar angkasa, para astronaut enggak akan bisa mengalami siang dan malam hari seperti yang dialaminya di Bumi.
Baca Juga: Apakah Misi Ruang Angkasa Mempengaruhi Kondisi Otak Para Astronaut?
Selain lampu, para peneliti juga melakukan eksperimen lain yang berkaitan dengan kualitas tidur astronaut.
Eksperimen ini disebut Sleep in Orbit yang mengembangkan alat pengukur kecil di bagian telinga yang tampilannya mirip earphone.
Fungsinya untuk menganalisis aktivitas otak astronot sepanjang malam untuk melihat juga kualitas tidurnya.
Tanpa gravitasi, para astronaut enggak bisa berbaring bebas di atas alas tidur seperti ketika berada di Bumi.
Para astronaut akan tidur dalam kantong tidur seperti sedang diikat supaya enggak melayang selama mereka tidur.
Sama seperti di Bumi, astronaut juga tidur selama 8 jam di stasiun luar angkasa. Unik ya?
----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Ayu Ma'as |
Editor | : | Danastri Putri |
Komentar