Cara Tidur Astronaut di Stasiun Luar Angkasa
Stasiun luar angkasa mengikuti zona waktu standar yang digunakan di Bumi juga yaitu Greenwich Mean Time (GMT).
Dengan melihat GMT, astronaut bisa mengira kapan waktunya tidur dan bangun selama berada di stasiun luar angkasa.
Selain penetapan zona waktu, sebenarnya para astronaut harus menghadapi efeknya pada ritme sirkadian tubuh.
Di stasiun luar angkasa enggak ada paparan sinar Matahari seperti di Bumi.
Bicara hal lain, sama juga dengan iklim yang enggak ada dan spesifik seperti Bumi yang mendingin suhunya ketika sudah waktunya rehat di malam hari.
Sebuah eksperimen berjudul Circadian Light oleh European Space Agency (ESA) mencoba menciptakan lampu yang dirancang untuk mendukung ritme sirkadian astronaut yang tinggal menetap sementara di stasiun luar angkasa.
Lampu-lampu itu dipasang di kabin awak dan tempat tidurnya ketika di hari ketiga tugasnya di angkasa luar.
Ketika waktunya tidur lampu akan menyala merah sebagai simulasi Matahari terbenam.
Lampu akan berubah jadi biru di pagi hari sebagai gambaran warna langit pagi di Bumi.
Selama berada di stasiun luar angkasa, para astronaut enggak akan bisa mengalami siang dan malam hari seperti yang dialaminya di Bumi.
Baca Juga: Apakah Misi Ruang Angkasa Mempengaruhi Kondisi Otak Para Astronaut?
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Ayu Ma'as |
Editor | : | Danastri Putri |
Komentar