Ini termasuk penemuan seperti etanolamina dan isoprenoid.
3. Lingkungan
Archaebacteria seringkali ditemukan di lingkungan yang ekstrem seperti mata air panas, sumber air asam, dan habitat yang sangat salin.
Sementara itu, bakteri dapat ditemukan di hampir semua habitat, termasuk tanah, air, udara, dan organisme hidup.
4. Genetika
Meskipun ada beberapa perbedaan dalam struktur genetik mereka, baik bakteri maupun archaebacteria memiliki genom berbentuk lingkaran tunggal.
Namun, sebagian besar arkea tidak memiliki intron (bagian tak kodogenik) dalam gen mereka, sementara sebagian besar bakteri memiliki intron yang jarang.
5. Metabolisme
Beberapa archaebacteria dapat bertahan dalam kondisi ekstrem karena kemampuan metabolisme yang unik, seperti kemolautotrofi (menggunakan energi dari oksidasi senyawa anorganik untuk mensintesis zat organik) atau metanogenik (menghasilkan metana sebagai produk sampingan).
Sementara itu, bakteri memiliki beragam metabolisme, termasuk beberapa yang juga dapat bertahan dalam kondisi ekstrem, tetapi tidak sejauh variasi yang ditemukan pada arkea.
Baca Juga: Rentan Terkontaminasi Bakteri, Ini 5 Tips Makan Sayur Mentah agar Tak Membahayakan Tubuh
Nah, itulah penjelasan mengenai perbedaan archaeabacteria dan bacteria.
-----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Corry Samosir |
Editor | : | Regina Pasys |
Komentar