GridKids.id - Gajah merupakan hewan yang dikenal dengan belalainya yang unik dan sudah menjadi ciri khasnya.
Yap, gajah memiliki belalai panjang yang kuat, cekatan, dan fleksibel, Kids.
Namun, tak jarang juga banyak yang penasaran, bagaimana gajah bisa memiliki belalai seperti sekarang?
Dikutip dari Kompas.com, belalai gajah adalah salah satu keajaiban biologi evolusioner.
Panjang belalai gajah lebih dari 2 meter dengan 40.000 otot dan juga serabut saraf yang dimilikinya.
Belalai gajah juga dapat mengangkat beban lebih dari 270 kilogram, namun harus dengan hati-hati bila mengangkat satu kacang tanah.
Meski begitu, evolusi belalai gajah juga membingungkan para ilmuwan sejak dulu.
Sebab, memahami evolusi gajah selalu menjadi tantangan karena jaringan lunak belalai sama seperti otot dan kulit yang tak mengalami fosilisasi dengan baik.
Hal tersebut menyulitkan para ilmuwan untuk menemukan bukti langsung bentuk awal belalai hajah dalam catatan fosil.
Sampai akhirnya studi baru yang dipublikasikan di jurnal eLife mengungkapkan hal tersebut.
Baca Juga: Siklus Hidup Hewan Mamalia Darat: Gajah, Materi IPAS Kelas 3 SD
Peneliti menyebut bahwa perubahan yang didorong oleh iklim mungkin bisa menjelaskan alasan gajah yang memiliki belalai.
Penelitian pada Gajah Purba
Pada studi tersebut, peneliti membandingkan tiga keluarga besar mamalia mirip gajah di Tiongkok utara yang hidup sekitar 11 - 20 juta tahun lalu.
Mereka menyelidiki fisiologi kelompok-kelompok berbeda tergantung pada strategi makan dan ekosistem gajah.
Kelompok yang dimaksud termasuk Amebelodontidae, Choerolophodontidae dan Gomphotheriidae tiga garis keturunan gomphotheres yang berbeda, kelompok nenek moyang gajah yang masih hidup.
"Mamalia purba ini menjadi perhatian khusus karena mereka semua memiliki mandibula yang panjang namun “berbeda”, sehingga dapat disimpulkan bagaimana hal tersebut berdampak pada evolusi belalai," kata Chunxiao Li, seorang peneliti di University of Chinese Academy of Sciences.
Peneliti juga menganalisis enamel gigi gajah purba di atas untuk mendapatkan petunjuk baru tentang kebiasaan makan dan lingkungan tempat tinggalnya.
Ditemukan Choerolphontidae terlihat hidup di lingkungan yang relatif tertutup seperti hutan, sementara itu untuk Amebelodontidae berkembang ke habitat yang lebih terbuka.
Di sisi lain, Gomphotheriida terlihat hidup di habitat yang berada di antara keduanya.
Para ilmuwan menggabungkan temuan tersebut dengan simulasi matematis dari gerakan rahang ketiga spesies yang punah.
Rahang mereka cocok untuk memberi tekanan ke atas dan ke bawah, dan secara efisien memotong dedaunan horizontal.
Baca Juga: Pandai Menyelam, Bagaimana Cara Unik Gajah Laut Utara Tidur? #AkuBacaAkuTahu
Peneliti berpendapat bahwa belalai gajah relatif primitif, namun rahang Gomphotheriida dan Amebelodontidae, yang hidup di habitat lebih terbuka, lebih beradaptasi untuk memotong tanaman yang tumbuh vertikal.
Area hidung pada tengkorak gajah purba terlihat lebih mirip gajah modern yang menunjukkan belalai mereka mampu melakukan gerakan melingkat dan menggenggam makanan.
Tetapi, perubahan lingkungan paleo dari hangat dan lembap menjadi lebih dingin, kering, dan terbuka juga memengaruhi gajah.
Gajah-gajah purba mulai menggunakan belalainya yang panjang untuk mengambil rumput.
Hal inilah yang membuat peneliti mengambil kesimpulan bahwa pencarian makan di lahan terbuka telah evolusi belalai yang kita lihat sekarang.
----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Heni Widiastuti |
Editor | : | Danastri Putri |
Komentar