Peneliti menyebut bahwa perubahan yang didorong oleh iklim mungkin bisa menjelaskan alasan gajah yang memiliki belalai.
Penelitian pada Gajah Purba
Pada studi tersebut, peneliti membandingkan tiga keluarga besar mamalia mirip gajah di Tiongkok utara yang hidup sekitar 11 - 20 juta tahun lalu.
Mereka menyelidiki fisiologi kelompok-kelompok berbeda tergantung pada strategi makan dan ekosistem gajah.
Kelompok yang dimaksud termasuk Amebelodontidae, Choerolophodontidae dan Gomphotheriidae tiga garis keturunan gomphotheres yang berbeda, kelompok nenek moyang gajah yang masih hidup.
"Mamalia purba ini menjadi perhatian khusus karena mereka semua memiliki mandibula yang panjang namun “berbeda”, sehingga dapat disimpulkan bagaimana hal tersebut berdampak pada evolusi belalai," kata Chunxiao Li, seorang peneliti di University of Chinese Academy of Sciences.
Peneliti juga menganalisis enamel gigi gajah purba di atas untuk mendapatkan petunjuk baru tentang kebiasaan makan dan lingkungan tempat tinggalnya.
Ditemukan Choerolphontidae terlihat hidup di lingkungan yang relatif tertutup seperti hutan, sementara itu untuk Amebelodontidae berkembang ke habitat yang lebih terbuka.
Di sisi lain, Gomphotheriida terlihat hidup di habitat yang berada di antara keduanya.
Para ilmuwan menggabungkan temuan tersebut dengan simulasi matematis dari gerakan rahang ketiga spesies yang punah.
Rahang mereka cocok untuk memberi tekanan ke atas dan ke bawah, dan secara efisien memotong dedaunan horizontal.
Baca Juga: Pandai Menyelam, Bagaimana Cara Unik Gajah Laut Utara Tidur? #AkuBacaAkuTahu
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Heni Widiastuti |
Editor | : | Danastri Putri |
Komentar