Hal pertama yang kita rasakan adalah lonjakan energi dari kafein dan gula yang terjadi karena kafein memblokir adenosin, yaitu neurotransmitter yang membuat kita merasa lelah.
Karbohidrat dalam soda yang berasal dari gula diserap dengan cepat dalam aliran darah, yang berkontribusi pada peningkatan energi.
Tetapi, energi dari soda hanya akan bertahan sebentar dan pada akhirnya akan menurun drastis.
Soda dapat berdampak pada usus
Supriya Rao, seorang dokter penyakit dalam, gastroenterologi, dan pengobatan obesitas, mengatakan soda juga berdampak pada usus secara langsung.
Hal tersebut dibuktikan oleh keluhan kembung dan perut berisi gas karena karbonasi dan gula setelah minum soda.
Minum soda setiap harinya bisa mengganggu sistem pencernaan sehingga menyebabkan keluhan sakit perut, diare, atau sembelit yang cukup sering.
Sebab, semua gula dalam soda memberikan makan bakteri jahat di sus dan merusak integritas lapisan usus.
Dalam jangka panjang, kebiasaan mengonsumsi soda akan membuat berat badan kita bertambah.
Lemak di perut akan meningkatkan kemungkinan penyakit jantung, sindrom metabolik, diabetes tipe, hingga kanker payudara.
Kebiasaan minum soda tak hanya meningkatkan kemungkinan terjadinya kondisi tersebut, namun juga dikaitkan dengan penyakit ginjal, hingga kolesterol tinggi.
Baca Juga: Tak hanya Soda dan Es Teh, Ketahui 4 Minuman Tinggi Gula yang Harus Dihindari
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Heni Widiastuti |
Editor | : | Grid Kids |
Komentar