GridKids.id - Halo, Kids, kamu masih bersama GridKids untuk membahas bersama artikel Belajar dari Rumah (BDR) materi IPAS Kelas 6 SD.
Kali ini kamu masih akan bersama-sama membahas tentang aktivitas manusia yang mengancam planet Bumi.
Bumi adalah rumah dan tempat tinggal kita yang di dalamnya terdapat berbagai elemen, seperti tanah atau daratan, perairan, hingga udara.
Jika salah satunya terganggu maka akan memengaruhi elemen kehidupan lainnya, lo.
Isu pemanasan global atau global warming telah lama dibicarakan dan dibahas dampaknya bagi keberlangsungan kehidupan di Bumi.
Pemanasan global adalah proses pemanasan yang terjadi pada Bumi karena suhu Bumi yang terus meningkat dari waktu ke waktu.
Peningkatan suhu ini menyebabkan perubahan iklim, seperti ketika terjadi cuaca ekstrem, musim dingin yang jadi lebih pendek, dan makin lamanya musim panas yang memicu kekeringan.
Aktivitas manusia yang kini menggunakan alat transportasi yang untuk bisa beroperasi perlu bahan bakar jadi salah satu penghasil karbon dioksida terbesar, lo.
Karbon dioksida seharusnya bisa diserap oleh pepohonan supaya enggak membahayakan kehidupan di Bumi.
Namun, perilaku manusia yang terus menggunduli hutan untuk memperoleh kayu-kayu secara masih menyebabkan jumlah pohon menurun drastis.
Situasi ini menyebabkan banyak karbon dioksida yang terperangkap di atmosfer Bumi memicu terjadinya fenomena efek rumah kaca.
Baca Juga: 5 Faktor Penyebab Bumi Makin Panas dari Hari ke Hari, Apa Saja?
Rumah kaca merupakan bangunan yang dinding dan atapnya terbuat dari kaca, Kids.
Dalam rumah kaca, udara panas akan terperangkap. Teknologi ini dipergunakan oleh para petani untuk tetap bisa bercocok tanam dalam rumah kaca yang hangat sepanjang musim dingin.
Nah, kini ketika terjadi global warming di Bumi, efek atau cara kerjanya sama seperti panas yang terperangkap dalam rumah kaca, Kids.
Gas metana dan karbon dioksida pada atmosfer Bumi yang bisa memerangkap panas
Matahari membuat Bumi jadi terasa jauh lebih hangat daripada seharusnya.
Fenomena efek rumah kaca ini sebenarnya punya peranan penting dalam menjaga keberlangsungan hidup kita.
Tanpa efek rumah kaca, Bumi akan jadi tempat yang sangat dingin dan sulit ditinggali, Kids.
Namun, karena jumlah gas karbon dioksida dan metana makin banyak dan makin panas, hal ini berdampak pada kondisi Bumi kita.
Fakta menarik yang enggak boleh ketinggalan adalah, pemanasan global yang dipicu oleh gas buang angin sapi. Kok bisa?
Ternyata pada gas kentut sapi terkandung gas metana yang ketika bertemu karbon dioksida bisa menyebabkan efek rumah kaca, nih, Kids.
Baca Juga: Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Efek Rumah Kaca, IPA Kelas VII SMP
Di Bumi kita, sapi adalah hewan ternak yang dibudidayakan untuk memenuhi asupan pangan daging merah, jadi jumlahnya sangat banyak.
Miliaran sapi menghasilkan gas metana yang sangat besar sampai Bumi jadi lebih hangat daripada seharusnya. Fakta yang menakjubkan dan enggak terlintas dalam pikiran sama sekali, bukan?
Selain kentut sapi, asap pembakaran sampah plastik juga jadi salah satu ancaman bagi lingkungan.
Asap sampah plastik yang dibakar bisa jadi racun jika terhirup oleh manusia.
Efek ringannya memicu batuk namun jika terus menerus terjadi bisa menyebabkan penyakit mematikan seperti kanker.
Proses pembakaran sampah plastik juga menghasilkan karbon dioksida yang memicu makin tipisnya lapisan ozon kita.
Suhu Bumi makin tinggi dan bahkan menyebabkan es di kutub jadi mencair.
Hal ini bisa menyebabkan makhluk hidup yang berhabitat di Kutub jadi terancam punah di masa depan.
Sampah plastik yang dibuang sembarangan juga susah diurai dan menyebabkan tanah jadi tercemar.
Sampah yang dibuang sembarangan ke sungai dan laut bisa menyebabkan pencemaran air yang mengancam hewan-hewan laut yang bisa menelan sampah dan mati.
Pertanyaan: |
Apa yang terjadi jika suhu Bumi terus meningkat dari waktu ke waktu? |
Petunjuk, cek lagi halaman 1. |
-----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia |
Penulis | : | Ayu Ma'as |
Editor | : | Regina Pasys |
Komentar