GridKids.id - Halo, Kids, kembali lagi di artikel Sejarah kelas XI SMA.
Nah, kamu masih akan membahas bersama-sama tentang era pendudukan Jepang di Indonesia, nih.
Pada artikel sebelumnya kamu sudah belajar bersama tentang berbagai dampak pendudukan Jepang di Indonesia.
Kali ini kamu akan diajak belajar seperti apa strategi Bangsa Indonesia menghadapi pendudukan Jepang yang tirani, Kids.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tirani merupakan kekuasaan yang digunakan secara sewenang-wenang.
Meski berlangsung singkat, pendudukan Jepang yang tirani ini sangat menyengsarakan rakyat, Kids.
Inilah kenapa bangsa Indonesia menerapkan strategi berupa cara-cara halus.
Namun, enggak jarang rakyat juga menghimpun kekuataan untuk melakukan perlawanan secara terbuka.
Kelompok nasionalis misalnya sejak era pergerakan dimulai menunjukkan reaksi dan strategi yang berbeda dalam menghadapi Jepang.
Ada tiga jenis kelompok nasionalis pada era pendudukan Jepang berlangsung, di antaranya:
Baca Juga: Pendudukan dan Propaganda Pemerintah Jepang di Indonesia, Sejarah XI SMA
Lalu, seperti apakah bentuk kerja sama yang diberlakukan oleh Indonesia semasa pendudukan Jepang?
Bung Karno dan Bung Hatta semasa penjajahan Belanda berlangsung adalah dua sosok yang menolak kerja sama dengan Belanda, Kids.
Namun, hal ini berubah ketika Jepang mulai menduduki Indonesia.
Strategi kerja sama dengan Jepang dipilih karena cara ini dianggap paling masuk akal dan mengurangi friksi dengan kekuatan asing yang berkuasa saat itu.
Tak hanya Bung Karno dan Bung Hatta, beberapa tokoh lain juga bergabung dalam kerja sama ini, seperti misalnya:
Muh. Yamin, Otto Iskandardinata, Mr. Sartono, G.S.S.J. Ratu Langi, Mr. Syamsudin, Dr. Mulia, dan masih banyak lagi.
Lewat kerja sama inilah mereka lalu berhasil membangun koneksi untuk bergerak memperjuangkan hak-hak atau cita-cita mereka untuk bangsa ini.
Tak hanya kelompok nasionalis, Jepang juga memeluk kelompok Islam atau golongan agama.
Jepang menyadari bahwa situasi Indonesia saat itu dan menangkap bahwa unsur Islam sangat kuat dan penting di masyarakat.
Inilah kenapa Jepang bersikap cukup lunak dan memberi ruang untuk kelompok ini dengan membentuk MIAI (Majelis Islam A'laa Indonesia).
Baca Juga: Dampak Pendudukan Jepang: Bidang Sosial dan Pemerintahan, Sejarah XI SMA
Ada dugaan bahwa sebenarnya Jepang sadar bahwa kelompok Islam berseberangan dengan pihak kolonial atas alasan apa pun, sehingga Jepang cenderung mendukung kerja sama untuk menghapus pengaruh kolonial lewat hubungan ini.
Namun, tahukah kamu bahwa para sosok pemimpin Indonesia kala itu sebenarnya penuh dilema selama pendudukan Jepang.
Di satu sisi ada keinginan untuk melindungi rakyat dan memperjuangkan kemerdekaan, namun Jepang yang tirani sangat menuntut keberpihakan mereka selama zaman pendudukan berlangsung.
Kelompok yang bekerja sama dengan Jepang menjadi pemimpin dari berbagai organisasi bentukan Jepang, seperti Poeter, Gerakan Tiga A, dan Jawa Hokkokai.
Tokoh-tokoh nasionalis ini awalnya dimanfaatkan Jepang untuk mendukung mereka mendapat simpati rakyat.
Di lain sisi para tokoh ini memanfaatkan sedikit ruang yang diberikan Jepang untuk berorganisasi dan meramu langkah yang tepat untuk kepentingan bangsa.
Kondisi kerja sama antara tokoh nasionalis ini mendapat kritik dari para pejuang yang bergerak di bawah tanah seperti Bapak Sutan Syahrir.
Para pejuang bawah tanah melihat campur tangan Bung Karno dan Bung Hatta lewat propaganda demi kepentingan Jepang terlalu berat sebelah dan melupakan nasib rakyat Indonesia yang menderita.
Padahal di tengah dilema itu, Bung Karno dan Bung Hatta mencoba semampunya membujuk Jepang supaya enggak terlalu bersikap kejam pada rakyat Indonesia.
Pertanyaan: |
Siapa saja kelompok yang termasuk sebagai kelompok radikal pada era pendudukan Jepang? |
Petunjuk, cek lagi halaman 1. |
----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia |
Penulis | : | Ayu Ma'as |
Editor | : | Regina Pasys |
Komentar