Bung Karno dan Bung Hatta semasa penjajahan Belanda berlangsung adalah dua sosok yang menolak kerja sama dengan Belanda, Kids.
Namun, hal ini berubah ketika Jepang mulai menduduki Indonesia.
Strategi kerja sama dengan Jepang dipilih karena cara ini dianggap paling masuk akal dan mengurangi friksi dengan kekuatan asing yang berkuasa saat itu.
Tak hanya Bung Karno dan Bung Hatta, beberapa tokoh lain juga bergabung dalam kerja sama ini, seperti misalnya:
Muh. Yamin, Otto Iskandardinata, Mr. Sartono, G.S.S.J. Ratu Langi, Mr. Syamsudin, Dr. Mulia, dan masih banyak lagi.
Lewat kerja sama inilah mereka lalu berhasil membangun koneksi untuk bergerak memperjuangkan hak-hak atau cita-cita mereka untuk bangsa ini.
Tak hanya kelompok nasionalis, Jepang juga memeluk kelompok Islam atau golongan agama.
Jepang menyadari bahwa situasi Indonesia saat itu dan menangkap bahwa unsur Islam sangat kuat dan penting di masyarakat.
Inilah kenapa Jepang bersikap cukup lunak dan memberi ruang untuk kelompok ini dengan membentuk MIAI (Majelis Islam A'laa Indonesia).
Baca Juga: Dampak Pendudukan Jepang: Bidang Sosial dan Pemerintahan, Sejarah XI SMA
Ada dugaan bahwa sebenarnya Jepang sadar bahwa kelompok Islam berseberangan dengan pihak kolonial atas alasan apa pun, sehingga Jepang cenderung mendukung kerja sama untuk menghapus pengaruh kolonial lewat hubungan ini.
Namun, tahukah kamu bahwa para sosok pemimpin Indonesia kala itu sebenarnya penuh dilema selama pendudukan Jepang.
Source | : | Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia |
Penulis | : | Ayu Ma'as |
Editor | : | Regina Pasys |
Komentar