GridKids.id - Halo, Kids, kembali lagi membahas tentang peradaban Inggris bersama GridKids, nih.
Di artikel sebelumnya kamu telah mengenal seperti apa interaksi antara bangsa-bangsa pembentuk kebudayaan Inggris.
Nah, kali ini kamu akan diajak melihat fase-fase perubahan pasca penandatanganan piagam agung Magna Carta di 1215.
Beberapa abad setelahnya prinsip-prinsip dari perjanjian agung Magna carta ini diterapkan untuk seluruh masyarakat Inggris, Kids.
Mendekati pertengahan abad-14 misalnya, Raja Edward III melibatkan Inggris ke perang 100 tahun.
Ketika itu terjadi perubahan besar di Inggris, khususnya di perdagangan wol, dan perdagangan-perdagangan dengan negara-negara yang ada di Benua Eropa yang terus berkembang.
Saudagar bertambah kaya dan kota-kota besar terus bertumbuh dengan pesat.
Lembaga kementerian atau minister berkembang dan mengatur berbagai aspek kehidupan masyarakat.
Perlahan namun pasti, Inggris mulai berkembang jadi satu bangsa dengan budaya dan dinamika pertumbuhannya.
Dalam buku Peradaban Inggris karya I.N. Perwita dijelaskan tentang perang saudara yang terjadi di tengah masa perang seratus tahun.
Yuk, simak sama-sama uraian penjelasan lengkapnya di bawah ini, Kids.
Baca Juga: Sejarah Kelahiran Kerajaan Inggris, Kekuasaan Monarki Terbesar di Dunia
Perang Mawar dan Keluarga Tudor
Era perang seratus tahun berlangsung, Raja Richard II dipaksa turun tahta oleh keponakannya, yaitu Henry Bolingbroke yang nantinya bergelar Henry IV.
Raja Henry IV dan putranya Henry V mendirikan Dinasti Lancester sebagai keluarga raja.
Namun, pada paruh kedua abad ke-15, Duke of York juga mengklaim tahta kerajaan yang jadi latar belakang munculnya perang saudara yang disebut perang mawar.
Sebutan perang mawar karena emblem tentara Duke of York yang bergambar mawar putih dan emblem tentara Lancester yang bergambar mawar merah.
Perang ini berakhir pada 1485, ketika Henry Tudor (keturunan Raja Edward III) membunuh Raja Richard III di Bosworth Field, selanjutnya Henry Tudor diangkat menjadi Raja Henry VII.
Di bawah kepemimpinan Raja Henry VII , Parlemen mengeluarkan Undang-Undang Kelautan yang melindungi perdagangan Inggris sehingga ada jalur pelayaran baru untuk barang-barang dari Inggris.
Pada 1509, ketika Raja Henry VIII naik tahta, kerajaan Tudor sedang berkembang dan kuat-kuatnya.
Namun, posisi raja Henry VIII terancam karena enggak memiliki putra mahkota yang akan meneruskannya.
Raja Henry VIII ingin bercerai dari permaisuri Catherine of Aragon untuk menikah lagi dengan Anne Boleyn demi meneruskan keturunan laki-lakinya.
Baca Juga: Bangsa-Bangsa Pembentuk Kebudayaan Inggris, dari Anglo-Saxon hingga Norman
Tapi, keinginannya ditolak oleh Paus dan akhirnya mendorong Raja Henry VIII mencoba lepas dari Gereja Roma.
Raja Henry VIII bahkan meminta Parlemen membuat perundang-undangan untuk menghapus pengaruh Paus di Inggris.
Barang milik gereja disita, dan Raja Henry VIII dijadikan kepala gereja Inggris atau Gereja Anglikan.
Raja Henry berusaha mencari penerusnya namun meski sudah menikah sebanyak 6 kali, upaya mengamankan takhta enggak selalu berjalan mulus.
Raja Henry VIII hanya punya satu anak laki-laki yang akhirnya meninggal dunia di usia yang muda.
Tahta akhirnya diwariskan pada putri dari pernikahannya dengan Catherine of Aragon yaitu Mary.
Pasca Ratu Mary meninggal, tahta kerajaan diserahkan kepada Elizabeth, adik perempuan Ratu Mary dari istri Raja Henry VIII lainnya yaitu Anne Boleyn.
----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Komentar