Adaptasi Hewan di Ekosistem Ekstrem
Di dasar samudera yang dalam terdapat retakan atau lubang yang menghasilkan aliran yang bersuhu lebih dari 120 derajat celcius.
Ajaibnya meski enggak ada cahaya yang menjangkaunya, para ahli biologi sudah menemukan bahwa air ini kaya mineral dan bisa menjadi makanan sejumlah bakteri yang hidup di dalamnya.
Bakteri-bakteri inilah yang nantinya jadi makanan untuk para cacing-cacing yang sudah beradaptasi secara khusus.
Cacing-cacing itu tumbuh dengan panjang lebih dari dua meter di dalam air di sekitar lubang tersebut.
Para ilmuwan sudah menemukan bahwa hewan-hewan lain yang hidup dengan makan cacing ini berada di ekosistem yang lengkap meski hampir terisolasi.
Di daerah paling dingin di Bumi, hewan-hewan berdarah panas, seperti mamalia dan burung menggunakan penyekat dari rambut, bulu, serta lemak untuk menjaga suhu tubuhnya.
Beruang kutub misalnya, sudah beradaptasi terhadap dinginnya suhu arktik dengan mantel rambut tebal dan lapisan lemak yang mencegah tubuh kehilangan terlalu banyak panas.
Mantel rambut yang berwarna putih juga memudahkan beruang melewati salju dan menyergap mangsanya tanpa terlihat.
Lalu, kadal dan hewan lain yang hidup di gurun yang gersang sering tinggal dalam tanah di bagian hari paling panas atau hari paling dingin.
Kadal mengembangkan kaki yang panjang untuk membantunya tetap dingin meski suhu gurun sangat panas.
Baca Juga: Kenapa Unta yang Hidup di Gurun Pasir Punya Punuk? #AkuBacaAkuTahu
Penulis | : | Ayu Ma'as |
Editor | : | Danastri Putri |
Komentar