GridKids.id - Tradisi lokal adalah sebuah budaya yang dikembangkan dan dilestarikan oleh masyarakat setempat di mana budaya itu tumbuh.
Ketika sebuah masyarakat menyadari pentingnya menjaga tradisi lokal maka akan menguatkan nilai kebangsaan yang ada dalam dirinya.
Kesadaran akan pentingnya pelestarian tradisi lokal akan membantu generasi muda untuk terus bisa menyesuaikan diri dan menghadapi perkembangan zaman di masa mendatang.
Tradisi lokal biasanya merupakan kebiasaan yang berhubungan dengan siklus kehidupan atau kegiatan yang umum dilakukan bersama oleh masyarakat.
Masyarakat Indonesia secara garis besar terbagi menjadi masyarakat maritim dan masyarakat agraris.
Masyarakat maritim merupakan masyarakat yang bermata pencaharian mengandalkan hasil laut dan berbagai pekerjaan yang bisa dilakukan berdasarkan sumber di tempat tinggalnya.
Masyarakat agraris juga sama adanya, bedanya masyarakat ini memiliki kegiatan ekonomi yang berpusat pada kegiatan-kegiatan pertanian dan produksi pangan.
Nah, artikel kali ini akan mengajakmu melihat macam-macam tradisi lokal yang bertujuan untuk menjaga laut di berbagai daerah di Indonesia.
Enggak bisa dipungkiri bahwa laut menjadi ekosistem penting yang mendominasi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini, luas wilayah perairan Indonesia menjangkau 2/3 dari keseluruhan luas wilayahnya.
Nah, masyarakat tradisional yang tinggal di dekat laut akan melakukan berbagai tradisi lokal yang bertujuan untuk menjaga kelestarian laut sebagai sumber kehidupannya.
Lalu, tradisi lokal penjaga laut apa sajakah yang dimaksud? Simak sama-sama uraian lengkapnya di bawah ini.
Baca Juga: 5 Tradisi Lokal yang Ada di Indonesia, Jawaban Materi PPKn Kelas 7 SMP
Tradisi Lokal yang Menjaga Kelestarian Laut
1. Tradisi Bapongka (Suku Bajo)
Suku Bajo adalah salah satu suku maritim terkenal dari Sulawesi yang sejak dulu dikenal sebagai Orang Laut.
Masyarakat Bajo ini akan membangun rumah di atas laut, banyak mengembara di atas perahu menjelajah dari satu tempat ke tempat lain.
Nah, masyarakat Bajo memiliki tradisi laut yang dikenal dengan Bapongka, yaitu melakukan pelayaran untuk mencari nafkah atau hasil laut ke daerah lain selama rentang beberapa minggu dan bulan.
Bapongka dilakukan secara berkelompok menggunakan lepa dan alat tangkap ikan yang punya sifat tradisional dan sederhana.
Lepa adalah salah satu nama perahu tradisional yang dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat lepa.
Penggunaan alat-alat tradisional dianggap sebagai upaya menjaga kelestarian laut sekitarnya.
Masyarakat Bajo yang tinggal di laut punya beberapa peraturan untuk menjaga laut tetap bersih dan asri, yaitu enggak boleh membuang apa pun ke laut termasuk sampah dapur.
Masyarakat Bajo percaya bahwa jika ketentuan itu dilanggar maka akan mengundang bencana alam.
2. Panglima Laot (Aceh)
Kerajaan Aceh Darussalam sejak abad-16 telah mengenal sosok Panglima Laot yang punya kewenangan berbasis lokasi yang disebut Lhok.
Baca Juga: Raja Laut, Kekuatan Maritim Kerajaan Nusantara Zaman Dahulu #AkuBacaAkuTahu
Panglima Laot bertugas menjaga kelestarian laut, mengatur penangkapan ikan supaya enggak ditangkap secara ilegal atau dengan cara yang merusak lingkungan.
Seorang Panglima Laot bertugas untuk melaksanakan adat istiadat dan hukum adat laot sekaligus membantu pemerintah di bidang kelautan dan perikanan.
Salah satu hukum adatlaot yang ditegakkan oleh Panglima Laot adalah penentuan hari pantang melaut bagi nelayan.
Hari pantang melaut ini bertujuan untuk menjaga kelangsungan ekosistem laut di masa depan.
Harapan yang ingin dicapai dari penentuan hari pantang melaut adalah tercapainya tumbuh kembang maksimal ikan-ikan sebelum ditangkap oleh para nelayan.
3. Tradisi Sasi (Maluku dan Papua)
Tradisi sasi menerapkan periodisasi masyarakat diperboleh atau enggak diperbolehkan untuk menangkap dan memanfaatkan hasil laut.
Tradisi ini bisa dibilang sebagai kebijakan buka-tutup laut yang cukup bervariasi mempertimbangkan kebutuhan dari masing-masing wilayah.
Durasi penutupan dilakukan antara 3 bulan bahkan hingga 4 tahun lamanya.
Siapa pun yang melanggar aturan selama pemberlakuan tradisi sasi ini maka akan dikenai denda.
4. Tradisi Lilifuk (Suku Baineo)
Baca Juga: 5 Ritual Sedekah Laut di Indonesia, Salah Satunya Tradisi Orang Bajo
Tradisi lilifuk adalah salah satu tradisi unik masyarakat suku Baineo di NTT.
Lilifuk adalah nama kolam air laut yang berukuran besar, pembentukannya dari penutupan sejumlah area kawasan laut selama 6 bulan-1 tahun lamanya.
Selama periode itu enggak boleh ada aktivitas apa pun di dalam lilifuk, siapa pun yang melanggar akan dikenai denda seperti uang tunai, beras, hingga pemberian hewan ternak.
Tradisi lilifuk ini bertujuan untuk menjaga sumber daya alam tetap terjaga dan berlimpah.
Kawasan atau kolam lilifuk akan dibuka lagi dua kali setahun, pada bulan Juni dan Desember.
Nah, itulah tadi empat tradisi lokal masyarakat Indonesia yang berkaitan dengan pelestarian laut.
----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Penulis | : | Ayu Ma'as |
Editor | : | Danastri Putri |
Komentar