GridKids.id - Kerajaan Mataram yang pernah ada di Indonesia dikenal ada dua, yaitu Mataram Kuno dan Mataram Islam.
Meski begitu kedua kerajaan ini berbeda dari periode berdiri dan segi sistem kerpercayaan yang dianut.
Nah, kali ini, kita akan membahas tentang Kerajaan Mataram Kuno terlebih dahulu.
Sejarah Kerajaan Mataram Kuno
Mataram Kuno adalah kerajaan Hindu-Buddha yang terletak di Jawa Tengah bagian selatan pada abad ke-8.
Kerajaan ini dipindah ke Jawa Timur pada abad ke-10.
Kerajaan Mataram Kuno pernah dikuasai oleh tiga dinasti.
Ketiga dinasti tersebut adalah Dinasti Sanjaya, Dinasti Syailendra, dan Dinasti Isyana.
Dinasti Sanjaya merupakan dinasti dengan mayoritas pemeluk Hindu aliran Siwa, sedangkan Dinasti Syailendra mayoritas pemeluk Buddha.
Dinasti Isyana merupakan aliran kepercayaan yang diciptakan oleh Mpu Sindok.
Dalam sejarahnya, Kerajaan Mataram Kuno sempat terpecah menjadi dua, yaitu Dinasti Sanjaya (Hindu) yang memerintah Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Tengah bagian utara dan Dinasti Syailendra (Buddha) di Jawa Tengah bagian selatan.
Baca Juga: 5 Faktor Penyebab Perpindahan Pusat Pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno ke Jawa Timur
Namun, pada akhirnya, Kerajaan Mataram Kuno dapat disatukan setelah Rakai Pikatan yang berasal dari Dinasti Sanjaya menikah dengan Pramodawardhani dari Dinasti Syailendra.
Karena perbedaan dinasti tersebut, pusat pemerintahan Mataram Kuno sempat berpindah pada era Sanjaya dan Syailendra pusat pemerintahan berada di Jawa Tengah.
Sementara pada Dinasti Isyana pusat pemerintahan pindah ke Jawa Timur.
Terdapat teori tentang perpindahan ibu kota dan pusat pemerintahan Mataram Kuno.
Di antaranya perebutan kekuasaan antaranggota kerajaan hingga ancaman bencana alam dari Gunung Merapi.
Ditambah lagi tak adanya pelabuhan yang menyulitkan Kerajaan Mataram Kuno bekerja sama dengan kerajaan lain.
Perpindahan ibu kota terjadi setelah Mpu Sindok naik takhta usai wafatnya Raja Dyah Wawa tahun 924 M.
Sayangnya kejayaan Mataram Kuno era Dinasti Isyana tak berlangsung lama dan sedikit meninggalkan warisan sejarah.
Proses Penyatuan Kerajaan Mataram Kuno
Kerajaan Mataram Kuno terpecah dan dipersatukan lagi oleh Rakai Pikatan.
Rakai Pikatan adalah raja keenam Kerajaan Mataram Kuno atau yang juga disebut sebagai Kerajaan Medang.
Baca Juga: Mengenal Sejarah Tari Serimpi, Tarian Klasik asal Yogyakarta
Masa pemerintahan Rakai Pikatan menjadi penanda bersatunya Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra yang sebelumnya saling bersaing.
Setelah Kerajaan Mataram Kuno berdiri, raja yang pertama kali memegang kuasa atas kerajaan tersebut adalah Raja Sanjaya dengan bergelar Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya.
Raja Sanjaya dikenal sebagai pemimpin yang bijaksana, adil, dan taat beribadah. Di bawah pemerintahannya, wilayah Kerajaan Mataram Kuno semakin meluas dan rakyatnya hidup lebih sejahtera.
Tak hanya itu, Kerajaan Mataram Kuno juga menjadi pusat pembelajaran agama Hindu.
Setelah Raja Sanjaya wafat pada abad ke-8, kepemimpinan Kerajaan Mataram Kuno dilanjutkan oleh putranya, Rakai Panangkaran.
Kemudian, setelah Rakai Panangkaran wafat, Kerajaan Mataram Kuno terpecah menjadi dua, yaitu Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra.
Dinasti Sanjaya memerintah Kerajaan Mataram Kuno bercorak Hindu di Jawa Tengah bagian utara, sedangkan Dinasti Syailendra memerintah Kerajaan Mataram Kuno bercorak Buddha di Jawa Tengah bagian selatan.
Kerajaan Mataram Kuno mencapai kejayaan di bawah Dinasti Syailendra, yang dipimpin oleh Sri Dharmatungga.
Perkembangan terjadi di berbagai bidang, mulai dari politik, ilmu pengetahuan, budaya, seni, hingga sosial.
Selain itu, wilayah kekuasaan Kerajaan Mataram Kuno juga disebut-sebut semakin meluas mencapai Semenanjung Malaka.
Setiap kali berganti raja, Kerajaan Mataram Kuno terus mengalami perkembangan dan berhasil mencapai masa emasnya.
Baca Juga: Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno, Salah Satunya Prasasti Canggal
Kerajaan Mataram Kuno yang sebelumnya terpecah berhasil disatukan setelah Rakai Pikatan (Dinasti Sanjaya) menikah dengan Pramodawardhani (Dinasti Syailendra).
Pramodawardhani merupakan putri mahkota dari Samaratungga, raja Kerajaan Mataram Kuno yang berkuasa sejak 792 hingga 835 M.
Dengan demikian, setelah Raja Samaratungga wafat, Rakai Pikatan naik takhta memimpin Kerajaan Mataram Kuno sejak 840-856 M.
Sayangnya, pernikahan Rakai Pikatan dengan Pramodawardhani ternyata tak disukai oleh Balaputradewa, putra Samaratungga dari Dewi Tara.
Akibatnya, terjadi perang saudara antara Rakai Pikatan dengan Balaputradewa memperebutkan takhta kerajaan.
Perang saudara berakhir dengan kekalahan di pihak Balaputradewa, sehingga Rakai Pikatan meneruskan takhta Kerajaan Mataram Kuno.
Selama memerintah, baik Rakai Pikatan atau sang istri sama-sama menjunjung tinggi toleransi beragama, mengingat keduanya beda agama.
Untuk mendukung toleransi perbedaan tersebut, Rakai Pikatan mendukung pembangunan candi bercorak Hindu maupun Buddha.
Pada 842, Candi Borobudur (Buddha) diresmikan. Sementara itu, karena Rakai Pikatan beragama Hindu, ia membangun Candi Prambanan.
-----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Corry Samosir |
Editor | : | Danastri Putri |
Komentar