GridKids.id - Kids, pada artikel sebelumnya kamu sudah tahu bagaimana cara bintang di angkasa mati hingga warna-warna bintang yang ada di angkasa.
Bahkan Matahari yang bersinar terang di siang hari merupakan salah satu bintang masif di tata surya.
Jika satu matahari saja bisa menyinari seisi Bumi, kenapa langit malam tetap gelap meski ada miliaran bintang di alam semesta?
Ternyata hal ini berkaitan dengan angkasa sebagai ruang kosong tanpa atmosfer dan tanpa partikel udara.
Sedangkan di bumi, segala hal bisa terlihat meski enggak bisa memancarkan cahayanya sendiri tapi bisa memantulkan cahaya yang diterimanya.
Adanya lampu atau penerangan bisa memungkinkan kita melihat benda atau lingkungan sekitar kita meskipun dalam gelap malam.
Bumi memiliki atmosfer berisi udara yang terdiri dari berbagai jenis partikel-partikel yang ketika disinari oleh matahari atau penerangan bisa terjadi hamburan cahaya yang bisa membuat kita menangkan bentuk hingga warna.
Sedangkan di luar angkasa enggak ada objek yang bisa membuat cahaya bisa terhamburkan karena luar angkasa adalah ruang hampa udara.
Benda langit seperti komet yang bisa kita lihat di malam hari bisa tampak karena benda-benda itu memantulkan cahaya dari matahari.
Selain itu, komet juga terbuat dari partikel-partikel seperti debu, air, dan es, yang bisa memantulkan cahaya sehingga bisa terlihat oleh mata kita.
Teori Paradoks Olber
Baca Juga: Tak Selamanya Bersinar, Bagaimana Cara Bintang di Angkasa Mati?
Teori tentang langit alam semesta yang gelap meski memiliki miliaran bintang yang bisa mengeluarkan cahaya sendiri dikenal dengan Paradoks Olber.
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh seorang Dokter, Astronom, dan Fisikawan Jerman bernama Heinrich Olbers sekitar 2 abad yang lalu.
Teori ini menjelaskan bahwa awan hidrogenik yang ada di antara planet kita dan bintang-bintang menjadi alasan cahaya dari miliaran bintang enggak bisa sampai ke Bumi.
Tak hanya itu, bahkan kita nyatanya enggak bisa melihat sebagian besar bintang yang ada di langit karena keberadaan awan ini.
Meski kamu percaya ada berjuta-juta langit di malam hari yang cerah, itu masih sebagian kecil dari jumlah atau banyaknya bintang di alam semesta kita.
Teori Paradoks Olbers baru bisa dibuktikan dan dipercaya setelah zaman berganti dengan bantuan berbagai teknologi maju yang bisa menyaksikan sendiri keberadaan awan hidrogen yang menyelubungi Bumi.
Paradoks Olbers punya dua bagian resolusi, yaitu alam semesta yang sangat luas dan alam semesta yang tanpa batasan.
Di titik inilah pergerakan cahaya ada pada kecepatan terbatas yaitu 300.000 km/detik sehingga kita bisa melihat sesuatu hanya setelah cahaya yang terpancar punya waktu untuk menjangkau kita.
Tapi, ketika jaraknya dan waktu tunda meningkat, maka astronot di Bulan akan mengalami penundaan waktu 1,5 detik dalam komunikasi yang mereka lakukan dengan pusat Mission Control.
Paradoks Olbers menyoroti bahwa bintang dan galaksi enggak berumur panjang secara tanpa batasan, pada waktunya nanti bintang akan meredup lalu mati.
Inilah yang membuat kita enggak pernah melihat cahaya bintang atau galaksi secara bersamaan waktunya.
----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | Kompas.com,Info Astronomy |
Penulis | : | Ayu Ma'as |
Editor | : | Grid Kids |
Komentar