Ibu Rita menyoroti bahwa akses gawai dan media sosial anak-anak saat ini cukup tinggi.
Hal inilah yang menjadi akses pembuka bagi anak-anak terhadap risiko cyberbullying.
Aktivitas anak ketika menggunakan platform media sosial enggak bisa dipantau orang tua sepanjang waktu.
Selain itu, mungkin ada juga perbedaan pandangan atau pendapat antara orang tua dengan tren yang berlaku saat ini.
"Anak-anak harus sadar bahwa semua aktivitas di media sosial akan meninggalkan jejak digital. Itu akan selalu ada dan bisa diteliti sampai kapan pun" jelas Ibu Rita kemudian.
Anak-anak perlu menyadari benar bahwa ketika menggunakan media sosial mereka punya tanggung jawab dengan apa pun yang mereka bagikan atau dapat dari sana.
Menurut Buku Panduan Melawan Bullying yang diterbitkan oleh Komunitas Sudah Dong, ada beberapa penyebab dari perilaku cyberbullying, di antaranya:
1. Adanya sebuah permusuhan antara pertemanan sehingga memicu bullying yang bisa dilakukan secara langsung atau lewat media sosial.
2. Pelaku cyberbullying memiliki rasa kurang percaya diri sehingga melakukan bullying untuk mencari perhatian.
Ketika membully orang lain, akan muncul perasaan puas karena merasa lebih kuat dan berkuasa daripada orang lain yang lebih lemah.
3. Seseorang yang pernah disakiti dan ditindas biasanya akan menyimpan dendam dalam benaknya.
Source | : | unicef.org,kpai.go.id,Wawancara |
Penulis | : | Ayu Ma'as |
Editor | : | Danastri Putri |
Komentar