GridKids.id - Kids, pasca kerajaan-kerajaan Islam Nusantara mulai mengalami kemunduran, nusantara mulai berada dalam kekuasaan pemerintah kolonial.
Belanda pertama mendarat di Banten pada 1596 membawa banyak perubahan dan pengaruh asing pada masyarakat nusantara.
Bidang-bidang yang memeroleh pengaruh kehadiran bangsa Barat adalah bidang budaya dan pendidikan masyarakat.
Tak semuanya berdampak buruk, karena ada juga dampak baik dari diperkenalkannya pengaruh Barat di nusantara.
Berikut akan dijelaskan tentang dampak kolonialisme pada bidang sosial budaya dan pendidikan, di antaranya:
1. Bidang Sosial Budaya
Bangsa Barat menempatkan masyarakat pribumi pada urutan kelas masyarakat terbawah yaitu kelas III.
Posisi itu ada di bawah kaum Timur Asing (Arab-Tionghoa) di kelas II, dan Bangsa Barat (Orang-orang Eropa) di kelas I.
Pembagian kelas ini membentuk perasaan inferioritas masyarakat pribumi, sehingga terbiasa melihat orang Barat sebagai pendatang yang memiliki budaya lebih Agung.
Baca Juga: Perkembangan Masyarakat Jawa pada Masa Kolonial, IPS Kelas VII SMP
Namun, di sisi lain keberadaan pemerintah kolonial berperan untuk mengurangi pengaruh golongan bangsawan yang kental dengan feodalisme yang membebani masyarakat.
Para raja dan bangsawan di nusantara sebelum kedatangan bangsa Barat merupakan salah satu keberadaan penting yang enggak bisa dikesampingkan atau dibantah.
Sehingga kadang terjadi berbagai ketidakadilan pada masyarakat di tangan para pemimpinnya sendiri.
Pemerintah kolonial lalu berusaha menyesuaikan posisi para penguasa pribumi menjadi para pegawai pemerintah kolonial.
Hal itu dilakukan dengan cara menghilangkan status kebangsawanan hingga penghapusan hak-hak istimewanya.
Namun, sebagai gantinya masyarakat diharuskan mengakui dominasi penjajah dan taat pada kebijakan-kebijakan pemerintah kolonial.
Kedatangan bangsa Barat juga membawa pengaruh budaya baru yang sebelumnya enggak dikenal pada masyarakat nusantara.
Hal ini juga memengaruhi gaya hidup para bangsawan kerajaan, sehingga menimbulkan kebiasaan yang kebarat-baratan menjadi bagian dari kehidupan kala itu.
Jamuan makan, tata cara makan, hingga pesta dansa juga menjadi agenda orang Barat yang diadaptasi oleh kerajaan dan para bangsawannya.
Baca Juga: Kebijakan Pemerintah Kolonial Belanda dalam Program Politik Etis
2. Bidang Pendidikan
Mendekati abad ke-20 mulai ada gerakan untuk menciptakan sebuah gerakan balas budi atau yang biasa dikenal dengan Politik Etis Belanda.
Hal ini dilakukan sebagai cara untuk membalas jasa dan segala hal yang sudah dilakukan rakyat negeri jajahan untuk mendukung program dan tujuan pemerintah kolonial.
Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mewujudkan balas budi ini adalah lewat pendidikan.
Sekolah-sekolah untuk pribumi mulai didirikan sebagai wadah untuk menuntut pendidikan yang layak. Namun, pada awalnya pendidikan masih terbatas hanya untuk kaum bangsawan dan para pejabat pribumi saja.
Kondisi ini lalu mendorong para tokoh priyayi mengupayakan dibuatnya sekolah untuk rakyat biasa sehingga pendidikan bisa dijangkau semua pihak.
Pada 1900 tercatat ada sekitar 169 Eurepese Lagree School (ELS) setara Sekolah Dasar di seluruh wilayah Hindia Belanda.
Selain itu dibentuk juga pendidikan dasar seperti di Hollands Inlandse School atau Sekolah Belanda untuk Bumiputera (HIS) lalu Meer Uitgebreid Lager Onderwijs atau setara Sekolah Menengah Pertama (MULO).
Lalu, dilanjutkan ke sekolah menengah yaitu Algemene Middelbare School atau Sekolah Menengah Atas Hindia Belanda (AMS) dan Hogere Burger School atau Sekolah Menengah Umum (HBS).
Pertanyaan: |
Seperti apakah posisi orang pribumi dalam kelas masyarakat pada masa penjajahan kolonial? |
Petunjuk, cek lagi page 1. |
----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | kids.grid.id |
Penulis | : | Ayu Ma'as |
Editor | : | Danastri Putri |
Komentar