Ketika rajawali sudah berumur lebih dari setengah abad kondisi paruhnya sudah memanjang dan sangat bengkok hingga menyentuh lehernya, sehingga burung ini jadi sulit makan.
Selain paruh, cakar-cakarnya yang kuat untuk mencengkeram mangsa buruan juga sudah berubah jadi enggak setajam sebelumnya.
Perubahan tak hanya sampai disitu, bulu pada sayap rajawali juga tumbuh menjadi lebih tebal dan menghambat burung ini untuk terbang tinggi.
Ketika menghadapi masa-masa sulit ini biasanya rajawai akan menyendiri ke tempat tinggi untuk membangun sarang baru.
Di sarang baru itu, rajawali menghadapi proses transformasi menyakitkannya sendirian selama kurang lebih 6 bulan hingga 1 tahun lamanya.
Pada masa itu, bulu-bulu burung ini akan rontok satu persatu. Paruhnya akan dipatukkan pada batuan gunung hingga terlepas dan tumbuh paruh baru.
Paruh barunya akan digunakan untuk mencabuti kuku-kukunya yang sudah tumpul supaya bisa digantikan dengan kuku baru yang lebih tajam.
Baca Juga: 4 Adaptasi Morfologi Burung Elang, dari Paruh hingga Penglihatannya
Proses berlanjut lagi, dengan menggunakan kukunya, rajawali akan mencabuti bulu pada sayapnya satu persatu supaya bisa memberikan kesempatan bulu-bulu barunya bisa tumbuh.
Selama masa transformasi yang panjang dan menyakitkan itu, burung rajawali akan membiarkan sinar matahari menyinari tubuhnya supaya segera pulih seperti sedia kala.
Dari burung rajawali yang tangguh dan tabah, kita semua belajar bahwa perubahan bisa terasa enggak nyaman bahkan menyakitkan.
Namun, semuanya akan kembali membaik seiring waktu asalkan kita percaya bahwa ada harapan baik dan tetap tabah menjalaninya.
----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Ayu Ma'as |
Editor | : | Regina Pasys |
Komentar