GridKids.id – Mengapa seseorang dapat mengalami OCD? Apakah bawaan atau karena hal lain?
Obsessive Compulsive Disorder (OCD) atau gangguan obsesif kompulsif merupakan salah satu gangguan mental.
Penyandang OCD memiliki kecenderungan harus melakukan suatu tindakan atau perilaku secara berulang-ulang.
Menurut Kak Iswan Saputro, M.Psi., Psikolog, seorang psikolog kllinis, dalam OCD mengenal dua gejala utama, yaitu obsesif dan kompulsif.
Obsesif adalah pikiran yang pada diri seseorang muncul dalam bentuk yang sama. Contohnya mengenai kebersihan, kecemasan, atau ketakutan.
Dicontohkan oleh Kak Iswan, bahwa seseorang dapat merasa tangannya harus bersih dari kuman atau kotoran.
Sementara kompulsif merupakan tindakan, ritual, atau perilaku yang dilakukan berulang kali.
Sehingga penyandang OCD akan mencuci tangannya secara terus menerus hingga dirasa sudah bersih dari kuman atau kotoran.
Pada kasus yang pernah ditangani Kak Iswan, seseorang harus menggunakan alkohol untuk mencuci tangan sehingga menyebabkan tangan terasa kering dan perih.
Baca Juga: Mengenal Apa Itu OCD, Pengertian dan 5 Tipe OCD yang Kerap Kali Enggak Disadari
Perlu diketahui bahwa penyandang OCD mengalami kesulitan dalam mengendalikan pikiran dan tindakannya.
Dengan kata lain, OCD dapat memengaruhi kehidupan sehari-hari penyandangnya.
"Biasanya emosi yang dominan pada penyandang OCD adalah perasaan cemas dan ketakutan," imbuh Kak Iswan.
Dalam suatu kasus, kecemasan merupakan bentuk dari perilaku berulang-ulang penyandang OCD.
Perasaan takut yang dirasakan oleh penyandang memiliki efek traumatis, seperti pengalaman dibentak, dimarahi, dan perlakukan oleh orang tua karena enggak berhasil memenuhi ekspektasi lingkungannya.
Pengaruh lingkungan dapat membuat seseorang mengalami OCD, lo.
Hal ini ditandai dengan adanya tuntutan atau keharusan yang enggak ditoleransi tanpa diberikan penjelasan yang proporsional dan objektif.
Selain itu, adanya pola asuh orang tua yang terlalu kaku (otoriter) dan enggak menjelaskan akibat dari suatu hal yang dilakukan bisa berisiko membuat anak memiliki gejala OCD.
Enggak memberikan penjelasan dan langsung memberikan konsekuensi atau hukuman juga dapat memicu OCD, sehingga enggak tiba-tiba terjadi pada seseorang.
Baca Juga: Aliando Syarief Akui Idap Gangguan Mental OCD: Mandi Aja Enggak Bisa
Hal ini diungkapkan pada GridKids.id oleh Kak Iswan dalam wawancara (23/2).
Biasanya sudah ada pengalaman-pengalaman negatif yang sudah berlalu namun terulang terus menerus dan terekam oleh anak.
Selanjutnya pada suatu titik, seseorang merasa memiliki keharusan untuk memenuhi ekspektasi lingkungan tersebut.
Biasanya OCD kebanyakan dialami oleh remaja dan orang dewasa, Kids.
Apakah OCD termasuk penyakit menular?
Perlu diketahui bahwa OCD bukanlah penyakit menular. Namun, penyandang OCD dapat berperilaku secara obsesif dan kompulsif.
Sehingga hal ini dapat mengganggu kegiatan dan hubungannya dengan orang sekitar, Kids.
"Pemeriksaan fisik pada penyandang OCD bergantung dengan kebutuhan atau keluhan yang dirasakan, misalnya kecemasan," tutur Kak Iswan.
Penyadang OCD yang mengeluhkan perasaan cemasnya dapat mendatangi psikiater untuk dilakukan pemeriksaan.
Baca Juga: Mengenal Social Anxiety Disorder, Kondisi Kecemasan Berlebih saat Berada di Situasi Tertentu
Ditambahkan oleh Kak Iswan dalam OCD diperlukan juga pengobatan dengan mengonsumsi obat atau yang disebut farmakoterapi sesuai dengan dosis dan resep yang diberikan oleh psikiater.
Seseorang yang menyandang OCD bisa jadi enggak menyadari jika dirinya mengalami OCD sehingga memerlukan pemeriksaan fisik.
Mereka menyadari kecemasan akan suatu hal. Biasanya yang menyadari jika seseorang mengalami OCD adalah orang-orang di sekitarnya.
Nah, orang-orang di sekitar biasanya akan menyadari perilaku berlebihan dari penyandang OCD.
Baca Juga: Benarkah Kebiasaan Menumpuk Barang Tak Terpakai Jadi Indikasi Gangguan Mental? #AkuBacaAkuTahu
-----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Penulis | : | Rizky Amalia |
Editor | : | Danastri Putri |
Komentar