Dengan kata lain, OCD dapat memengaruhi kehidupan sehari-hari penyandangnya.
"Biasanya emosi yang dominan pada penyandang OCD adalah perasaan cemas dan ketakutan," imbuh Kak Iswan.
Dalam suatu kasus, kecemasan merupakan bentuk dari perilaku berulang-ulang penyandang OCD.
Perasaan takut yang dirasakan oleh penyandang memiliki efek traumatis, seperti pengalaman dibentak, dimarahi, dan perlakukan oleh orang tua karena enggak berhasil memenuhi ekspektasi lingkungannya.
Pengaruh lingkungan dapat membuat seseorang mengalami OCD, lo.
Hal ini ditandai dengan adanya tuntutan atau keharusan yang enggak ditoleransi tanpa diberikan penjelasan yang proporsional dan objektif.
Selain itu, adanya pola asuh orang tua yang terlalu kaku (otoriter) dan enggak menjelaskan akibat dari suatu hal yang dilakukan bisa berisiko membuat anak memiliki gejala OCD.
Enggak memberikan penjelasan dan langsung memberikan konsekuensi atau hukuman juga dapat memicu OCD, sehingga enggak tiba-tiba terjadi pada seseorang.
Baca Juga: Aliando Syarief Akui Idap Gangguan Mental OCD: Mandi Aja Enggak Bisa
Hal ini diungkapkan pada GridKids.id oleh Kak Iswan dalam wawancara (23/2).
Biasanya sudah ada pengalaman-pengalaman negatif yang sudah berlalu namun terulang terus menerus dan terekam oleh anak.
Penulis | : | Rizky Amalia |
Editor | : | Danastri Putri |
Komentar