Sedangkan laksa siam disebut mirip dengan laksa asam namun dengan campuran santan yang lebih sedikit.
Tak hanya itu, sajian laksa juga cukup populer sebagai sajian peranakan di Indonesia.
Variasi laksa di Indonesia dimulai dari wilayah Tangerang sejak ratusan tahun lalu. Bahkan laksa sudah menjadi salah satu makanan khas kota Tangerang.
Dulu sekitar tahun 1970-an, laksa dijajakan oleh pedagang keliling dari kampung ke kampung.
Ada dua jenis laksa yang dikenal di kawasan Tangerang, yaitu Laksa Nyai dan Laksa Nyonya.
Laksa Nyai dibuat oleh kaum pribumi di Tangerang, sedangkan Laksa Nyonya dibuat oleh orang Peranakan di Tangerang.
Selain laksa Tangerang, dikenal juga Laksa Bogor dan Laksa Betawi. Ketiganya memiliki variasi sajian yang berbeda, di antaranya:
Baca Juga: Belum Banyak yang Tahu, Sederet Kuliner Ini Ternyata Warisan Belanda, Salah Satunya Kroket
1. Laksa Tangerang: Mienya terbuat dari tepung beras putih yang sudah direbus lalu diberi kuah kuning yang kental.
Sering ditambah dengan parutan kelapa yang disangrai dan kacang hijau, juga dipadukan dengan opor ayam juga tahu.
2. Laksa Bogor: Kuah kental karena ditambahi potongan oncom, disajikan dengan potongan ketupat, dan biasanya dinikmati bersama sambal cuka.
3. Laksa Betawi: Sajian laksanya cukup mirip dengan laksa bogor tapi kuahnya menggunakan udang rebon.
Kondimennya tambahannya dilengkapi dengan taburan daun kemangi, kucai, bihun, juga perkedel kentang.
Nah, Kids, itulah uraian tentang sejarah kuliner laksa yang merupakan perpaduan budaya kuliner negeri asalnya di Cina dengan budaya lokal.
Beragam keunikan bahan makanan juga bumbu rempah-rempah yang dikonsumsi di negara-negara tempat kuliner laksa berkembang, menjadikan sajian ini selalu digemari hingga saat ini.
Baca Juga: Kuliner Bahn mi, Simpan Cerita Tentang Masa Sejarah Perancis di Vietnam
----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Ayu Ma'as |
Editor | : | Regina Pasys |
Komentar