GridKids.id - Ada beragam klaim tentang varian Omicron yang sedang marak beberapa waktu ini, salah satunya adalah mempercepat kekebalan komunal di masyarakat.
Penyebaran Omicron diklaim 4-5 kali lipat lebih cepat dari varian corona yang merebak sebelumnya.
Namun, hingga hari ini gejala dan dampak yang ditunjukkan hanya dalam taraf ringan hingga sedang sehingga bisa dirawat dan dipulihkan secara mandiri.
Dilansir dari kompas.com, Bapak Dicky Budiman, Epidemiolog dari Griffith University Australia mengungkapkan bahwa klaim atau anggapan yang beredar itu bisa salah dan menimbulkan bahaya.
Baca Juga: Pakar Epidemiolog Ungkap Varian Omicron Mungkin Sudah Masuk Indonesia, Begini Penjelasannya
Menurutnya kekebalan komunal hanya bisa tercapai dengan pemerataan vaksinasi bukannya infeksi.
Dampak yang ditimbulkan akan meningkatkan angka kematian dan pasien terinfeksi.
Kasus infeksi COVID-19 dan kematian masih ditemukan di Indonesia, selain itu bahaya lain yang juga masih mengintai kondisi pandemi COVID-19 di Indonesia adalah kemungkinan banyak jutaan kasus terinfeksi yang belum diketahui atau terdeteksi.
Hal ini juga berpotensi dan menimbulkan fenomena generasi yang mengalami long COVID-19 yang menyebabkan penurunan kualitas kesehatan masyarakat.
Varian Omicron perlu diwaspadai
Kemunculan Omicron di tengah upaya pemerataan vaksinasi di seluruh dunia perlu dilihat sebagai potensi yang mengancam perbaikan situasi pandemi COVID-19 yang masih berlangsung hingga hari ini.
Menurut Bapak Dicky, anggapan bahwa varian omicron enggak berbahaya bisa dianggap salah karena enggak berdasarkan pada fakta yang terjadi di lapangan.
Baca Juga: Varian Omicron Lebih Berbahaya dari Varian Delta? Ini Penjelasan WHO
Seperti yang sudah disinggung banyak ahli, mutasi omicron dianggap memiliki potensi yang jauh lebih berbahaya dari varian Delta yang sempat merebak di Indonesia pertengahan tahun ini.
Dicky mengungkapkan bahwa Omicron dianggap enggak berbahaya karena kondisi dan pemahaman banyak negara di dunia dalam memandang COVID-19 sudah jauh berbeda dari pertama kali pandemi ini mulai merebak.
Varian Omicron mulai merebak ketika Indonesia sudah mencapai setidaknya mendekati setengah dari total penduduk divaksinasi lengkap.
Baca Juga: WHO Sebut Masih Terlalu Dini untuk Menganalisa Dampak Varian Omicron, Berikut Penjelasannya
Hal ini sangat berdampak pada anggapan masyarakat bahwa Omicron enggak akan jadi ancaman yang perlu dipertimbangkan.
Bahaya Omicron harusnya enggak hanya mempertimbangkan jumlah kasus infeksi yang terjadi tapi, juga perlu memerhatikan karakteristik dari varian ini.
Sejauh ini karakteristik varian Omicron yang berhasil diungkap, di antaranya:
Baca Juga: 10 Gejala Umum pada COVID-19 Varian Omicron, Apakah Lebih Parah?
----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | Kompas.com,kids.grid.id |
Penulis | : | Ayu Ma'as |
Editor | : | Regina Pasys |
Komentar