Jarang Terjadi
Sejak kasus infeksi ulang pertama yang dilaporkan di Hong Kong pada 24 Agustus, cuma ada tiga kasus yang dipublikasikan.
Sementara itu, ada 20 kasus lainnya yang masih dalam tinjauan ilmiah. Namun enggak mungkin untuk mengetahui secara pasti seberapa luas fenomena ini terjadi.
Untuk mengonfirmasi kasus infeksi ulang COVID-19, para ilmuwan harus mencari perbedaan signifikan pada gen dari dua virus corona yang menyebabkan infeksi pertama dan kedua.
Alat pengujian yang terbatas di seluruh dunia membuat enggak banyak orang yang dites, kecuali mereka menunjukkan gejala atau dirawat di rumah sakit.
Kalau ada orang yang positif COVID-19, sampelnya pun enggak diawetkan untuk analisis genetik. Hal inilah yang membuat ahli kesulitan untuk mengonfirmasi infeksi ulang.
Sebagian besar orang yang terinfeksi ulang mungkin enggak terdeteksi.
Contoh nyata, pria di Hong Kong yang pertama kali diketahui mengalami infeksi ulang enggak menunjukkan gejala saat terpapar kedua kalinya.
Ia baru mengetahui positif COVID-19 lagi setelah pemeriksaan di bandara.
"Ada banyak orang yang terpapar ulang tanpa gejala, inilah yang enggak akan pernah kita dengar dan ketahui," kata Marion Pepper, ahli imunologi di University of Washington di Seattle.
(Penulis: Gloria Setyvani Putri)
Baca Juga: Apa Itu Herd Immunity Terkait Virus Corona? Ini Penjelasannya
-----
Teman-teman, kalau ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dunia satwa dan komik yang kocak, langsung saja berlangganan majalah Bobo, Mombi SD, NG Kids dan Album Donal Bebek. Tinggal klik di https://www.gridstore.id.
Source | : | KOMPAS.com |
Penulis | : | Danastri Putri |
Editor | : | Grid Kids |
Komentar