GridKids.id - Virus corona masih terus menyebar di berbagai negara, termasuk Indonesia.
Meski ada beberapa negara yang sempat menyatakan sudah bisa mengatasi virus ini, tapi sebenarnya mereka enggak benar-benar terbebas dari COVID-19.
Penyebaran virus yang cepat dan gejalanya yang semakin beragam, membuat masyarakat sangat berharap dengan hadirnya vaksin.
Pengembangan vaksin sedang dilakukan oleh berbagai pihak di dunia dengan tujuan memutus rantai penyebaran COVID-19.
Sampai sekarang, ada lebih dari 170 vaksin virus corona yang sedang berada dalam tahap penelitian, termasuk 7 calon vaksin yang sudah memasuki uji coba tahap 3.
Melansir New York Times, Kamis (27/8/2020), paling enggak 88 kandidat vaksin sedang menjalani masa uji praklinis aktif di laboratorium seluruh dunia.
Sementara, 67 di antaranya sudah dijadwalkan untuk memulai uji klinis sebelum akhir 2021.
Seperti diberitakan sebelumnya, tim riset vaksin COVID-19 di Indonesia sendiri menyebut akan mempercepat proses pemeriksaan para relawan vaksin dengan menambah frekuensi pengetesan.
Melansir Kompas.com, percepatan uji klinis ini karena belum ada obat yang secara ilmiah dan efektif bisa menyembuhkan pasien yang terpapar COVID-19.
Baca Juga: Pastikan Pendistribusian Vaksin Corona Merata, Ini Cara yang Dilakukan WHO
Proses Selanjutnya
Permulaan Melansir Washington Post, 2 Agustus 2020, kalau nantinya ada vaksin yang sudah terbukti aman dan efektif digunakan, itu baru permulaan.
Menyebarkan vaksin ke orang-orang di seluruh dunia akan jadi tugas selanjutnya dengan jaringan distribusi, rantai pasokan, kepercayaan publik, sampai kerja sama global.
Untuk bisa menyalurkan vaksin-vaksin tersebut, diperlukan waktu berbulan-bulan atau mungkin bertahun-tahun.
Dengan kata lain, vaksin adalah penanda dari sebuah proses yang masih sangat panjang.
Dan seberapa panjang proses tersebut ditentukan oleh keefektifan vaksin, keberhasilan menyalurkan ratusan juta dosis vaksin, dan kerelaan orang-orang untuk disuntik vaksin.
"Ada harapan yang tinggi pada vaksin ini," kata Pusat Kerjasama Flu WHO di Melbourne, Kanta Subbarao sebagaimana dikutip The Atlantic, 25 Juli 2020.
Menurut Subarrao, orang-orang berekspektasi demikian karena enggak siap dengan fakta yang sesungguhnya.
Baca Juga: Belum ada Vaksin dan Obat COVID-19, Bagaimana Dokter Tangani Pasien Virus Corona?
Vaksin dan Imun
Sementara, bagi mereka yang memperoleh vaksin segera setelah tersedia, perlindungan juga enggak langsung terjadi. Namun, dibutuhkan waktu beberapa minggu.
Selain itu, masih ada banyak hal yang belum diketahui soal respons imun terhadap COVID-19.
Menurut The Atlantic, kekebalan yang dipicu oleh vaksin ini cenderung lebih lemah daripada kekebalan yang muncul setelah infeksi.
Vaksin biasanya diberikan sebagai suntikan langsung ke otot. Namun, virus pernapasan biasanya enggak menyerang otot.
Mereka menginfeksi sistem pernapasan dan umumnya masuk melalui selaput lendir hidung dan tenggorokan.
Meskipun suntikan vaksin memunculkan antibodi di dalam darah, suntikan tersebut enggak menghasilkan banyak antibodi dalam selaput lendir.
Artinya, kecil kemungkinan untuk bisa mencegah virus masuk ke tubuh.
Namun, vaksin tersebut masih bisa melindungi jaringan yang lebih dalam seperti paru-paru, sehingga mencegah infeksi semakin parah.
Selain terkait imunitas, perlu diketahui, kalau banyak juga teknologi vaksin yang membutuhkan dua kali suntikan untuk meningkatkan pertahanan kekebalan yang diperlukan.
Untuk itu, orang-orang tetap harus menjaga jarak dan memakai masker bahkan setelah disuntik vaksin.
Baca Juga: Kapan Vaksin Virus Corona Akan Siap? Ini Kata Organisasi Kesehatan Dunia
Kekhawatiran Para Ahli
Banyak yang menghubungkan ketersediaan vaksin dengan akhir pandemi. Padahal, faktanya, mungkin jauh berbeda.
New York Times, Kamis (27/8/2020), memberitakan, Direktur Center for Vaccines and Immunology di University of Georgia, Ted Ross menyebut, untuk enggak terlalu berharap pada vaksin yang saat ini masih diteliti.
"Vaksin pertama mungkin bukan yang paling efektif,” katanya.
Sekarang, ia juga sedang mengerjakan vaksin eksperimental dengan target bisa masuk uji klinis pada 2021.
Dari vaksin yang ada, prinsipnya kurang lebih sama.
Vaksin-vaksin itu mengirimkan protein yang menutupi virus corona (yang disebut spike).
Vaksin itu akan mendorong sistem kekebalan untuk membuat antibodi agar bisa melawan virus corona.
Namun beberapa peneliti khawatir kalau masyarakat mungkin menaruh terlalu banyak harapan pada strategi yang belum terbukti berhasil.
Sementara, mengutip Kompas.com, Senin (31/8/2020), Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Achmad Yurianto mengatakan, masyarakat perlu memahami bahwa pemberian vaksin COVID-19 berbeda dengan vaksin untuk program imunisasi.
"Tujuan dari vaksin COVID-19 memang untuk secepatnya memutus mata rantai penularan. Ini beda dengan vaksin program," kata Bapak Yuri.
Menurut beliau, pemberian vaksin COVID-19 nantinya sangat dipengaruhi oleh kondisi epidemiologi COVID-19 itu sendiri.
"Ini yang harus kita pahami sehingga masyarakat mestinya dari awal sudah mulai kita beri info sebanyak-banyaknya soal ini," tambah Bapak Yuri.
(Penulis: Vina Fadhrotul Mukaromah)
-----
Teman-teman, kalau ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dunia satwa dan komik yang kocak, langsung saja berlangganan majalah Bobo, Mombi SD, NG Kids dan Album Donal Bebek. Tinggal klik di https://www.gridstore.id
Penulis | : | Danastri Putri |
Editor | : | Regina Pasys |
Komentar