Kekhawatiran Para Ahli
Banyak yang menghubungkan ketersediaan vaksin dengan akhir pandemi. Padahal, faktanya, mungkin jauh berbeda.
New York Times, Kamis (27/8/2020), memberitakan, Direktur Center for Vaccines and Immunology di University of Georgia, Ted Ross menyebut, untuk enggak terlalu berharap pada vaksin yang saat ini masih diteliti.
"Vaksin pertama mungkin bukan yang paling efektif,” katanya.
Sekarang, ia juga sedang mengerjakan vaksin eksperimental dengan target bisa masuk uji klinis pada 2021.
Dari vaksin yang ada, prinsipnya kurang lebih sama.
Vaksin-vaksin itu mengirimkan protein yang menutupi virus corona (yang disebut spike).
Vaksin itu akan mendorong sistem kekebalan untuk membuat antibodi agar bisa melawan virus corona.
Namun beberapa peneliti khawatir kalau masyarakat mungkin menaruh terlalu banyak harapan pada strategi yang belum terbukti berhasil.
Sementara, mengutip Kompas.com, Senin (31/8/2020), Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Achmad Yurianto mengatakan, masyarakat perlu memahami bahwa pemberian vaksin COVID-19 berbeda dengan vaksin untuk program imunisasi.
"Tujuan dari vaksin COVID-19 memang untuk secepatnya memutus mata rantai penularan. Ini beda dengan vaksin program," kata Bapak Yuri.
Menurut beliau, pemberian vaksin COVID-19 nantinya sangat dipengaruhi oleh kondisi epidemiologi COVID-19 itu sendiri.
"Ini yang harus kita pahami sehingga masyarakat mestinya dari awal sudah mulai kita beri info sebanyak-banyaknya soal ini," tambah Bapak Yuri.
(Penulis: Vina Fadhrotul Mukaromah)
-----
Teman-teman, kalau ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dunia satwa dan komik yang kocak, langsung saja berlangganan majalah Bobo, Mombi SD, NG Kids dan Album Donal Bebek. Tinggal klik di https://www.gridstore.id
Penulis | : | Danastri Putri |
Editor | : | Regina Pasys |
Komentar